HIDUP
DALAM PENYERTAAN TUHAN
MATIUS
8:23-27
“Maka datanglah murid-murid-Nya membangunkan Dia,
katanya: "Tuhan, tolonglah, kita binasa." Ia berkata kepada mereka:
"Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?" Lalu bangunlah Yesus
menghardik angin dan danau itu, maka danau itu menjadi teduh sekali.
Kapal
berangkat dan berlayar meninggalkan dermaga tentu memiliki pelabuhan tujuan
untuk bersandar. Walaupun pada
kenyataan, sebuah kapal bisa saja melewati berbagai rute dan namun tetap saja
ada temapt perhentian atau pelabuahn terakhir. Demikian juga hidup kita,
diibaratkan sebagai sebuah kapal yang berangkat dari dermaga menuju pelabuhan
akhir. Kita dilahirkan kedalam dunia itulah sebagai titik awal pelabuhan
keberangkatan kita, dan pelabuhan akhir dari perjalanan kita adalah kematian. Kapal adalah kehidupan kita,
laut/danau/sungai adalah dunia dimana kita hidup. Kita diciptakan dan dijadikan
oleh Allah melalui proses kelahiran dan terlahir melalui ibu kita, tentu Allah
memiliki tujuan atas kita. kita diberi tugas dan tanggung jawab.
Didalam
perjalanan hidup kita didunia ini, seperti sebuah kapal yang mengarungi lautan,
tidak selamanya mulus, atau cerah. Terkadang ada banyak riak gelombang bahkan
badai yang datang mengancam silih berganti, yang bisa saja menghantam, dan
mengkandaskan kapal itu, menghancurkan kehidupan kita. tentu sangat dibutuhkan
kemampuan untuk mengendalikan kapal agar bisa keluar dari ancaman dan badai
dilautan. Demikian juga kita didalam hidup ini ada banyak tantangan, kesulitan,
hambatan yang terkadang bila kita tidak mampu mengendalikan arah dan menjaga
keseimbangan, bukan tdak mungkin hidup kita menjadi hancur dan sia- sia.
Dalam
perikop yang kita baca hari ini, dikatakan “Lalu Yesus naik kedalam
perahu....(ayat 23).”,dan seperti yang telah dikemukakan diatas,
bahwa kapal/perahu adalah hidup kita,
kita melihat bahwa Tuhan terlebih dahulu masuk dan ikut serta dalam
hidup kita. namun kita sering tidak menyadari bahkan menyangkal kehadiran dan
penyertaan Tuhan didalam diri kita, ketika kita menjalani hidup. Kita lebih
sering percaya kepada kekuatan, kemampuan dan pemikiran kita sendiri, atau jika
kita tidak mampu, kita lebih yakin kepada kekuatan dunia selanin Tuhan.
Disinlah kita diingatkan bahwa Allah selalu hadir disetiap detik perjalanan
hidup kita. Agar kita kita lebih peka terhadap suara Tuhan. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah
bagaimana kita dapat mengetahu dan mengerti bahwa Tuhan menyertai kita?,
Jawabannya tidaklah sesulit yang kita bayangkan, bukankah kita masih diberi nafas,
masih bisa menikmati cahaya matahari, merasakan kesejukan udara pagi dlsb.
Tuhan menyertai kita nyata berlalui
berkat dan anugerah yang kita terima. Kita bisa menghirup udara, tetapi tidak
bisa menciptakan udara. Persoalannya apakah kita mau mengakui hal yang sedrhana
tadi?, kita bisa merasakan penyertaan Tuhan, ketika kita mampu untuk selalu
bersyukur didalam setiap kondisi dan waktu kehidupan kita. jika kita tidak
mampu untuk bersyukur, maka kita tidak akan pernah mengakui kehadiran Tuhan
didalam kehidupan kita.
“Sekonyong-konyong mengamuklah angin
ribut di danau itu, sehingga perahu itu ditimbus gelombang, tetapi Yesus tidur
(ayat 24). Sudah dikatakan pada
bagian sebelumnya bahwa badai/angin ribut adalah gambaran dari kesulitan yang
kita hadapi didalam hidup ini. Mulai dari persoalan kecil sampai persoalan yang
besar yang bahkan dapat mengancam nyawa kita. Masalah adalah bagian dari hidup,
sehingga ada yang menatakan bahwa hidup tanpa masalah, ibarat makan tanpa
garam. Dan yang perlu diingat, bahwa masalah itu bisa muncul dari dalam diri
sendiri atau dari luar diri. Ada orang yang suka lari dari masalah yang
diciptakannya sendiri, dengan harapan selesai dengan sendirinya atau menghidari
masalah hanya untuk mencari ketenangan, tetapi ada juga yang menjadikan masalah
sebagai sebuah tantangan yang harus ditaklukkan. Tidak mungkin ada asap, jika
tidak ada apai. Tidak mungkin ada masalah jika tidak ada yang mengawalinya.
Terkadang kita tidak menyadari bahwa sumber masalah itu berasal dari diri kita,
oleh karena kita tidak mampu menjaga tutur kata kita, dengan ucapan sembrono,
sombong, yang merendahkan, caci maki dlsb
serta laku yang diluar norma susila dan kesopanan. Kita tidak mampu menguasai
diri. Ketika masalah kemudian muncul kita pun didalam kebingungan mencari
penyelesaian. Itu baru satu contoh dari
berbagai persoalan dalam hidup.
Tekadang
masalah hadir lebih dari satu, seperti ombak yang bergulung-gulung. Ketika kita
tidak mampu menyelesaikannnya kita menganggap bahwa Tuhan menjauh dan
seolah-olah tidur. Padahal “Yesus tidur” dalam ayat ini adalah bahwa ada
saatnya kita menyediakan waktu untuk beristirahat memulihakan tenaga dan
pikiran setelah berkutat dengan masalah. Tujuannya agar rohani kita dapat
menilai dan memilih alternatif penyelesaian masalah yang terbaik. Namun yang sering terjadi adalah, kita sering
“berteriak-teriak” ,”menjerit” , tidak fokus kepada masalah. Mencari pembenaran
diri sendiri, atau bahkan berusaha lari dari kenyataan.
Sangat
jelas dikatakan diayat 25 "Tuhan, tolonglah, kita binasa.". Secara tidak langsung ini mengatakan bahwa
kita sering berputus asa didalam menghadapi berbagai persoalan hidup. Tuhan
lebih sering menjadi jalan terakhir bagi persoalan yang kita hadapi. Jika kita
masih memiliki kekuatan, kemampuan dan pikiran yang kita rasa hebat tentulah
kita akan memakai ini terlebih dahulu. Mentok baru Panggil Tuhan, sehingga kita
lebih sering menjadikan Tuhan seperti Pemadam Kebakaran. Padahal Jelas dalam
perikop ini dikatakan Tuhan lebih dahulu hadir dan menyertai kita. itulah
sebabnya Kritus disebut Imanuel ‘ Allah Menyertai kita”.
Itu
sebabnya Tuhan Yesus menegur murid-muridNya, dengan mengatakan “"Mengapa kamu takut, kamu yang kurang
percaya?". Sebuah teguran keras bagi para murid dan juga bagi
kita. Kita selalu mengharapkan muzijat
Tuhan seperti keinginan kita, bukan mengikuti kehendak
Tuhan. Kita lebih percaya kepada hal-hal yang instan dan dalam sekejap menjadi
nyata dari pada harus menanti Tuhan bekerja.
Namun demikian, Tuhan menghendaki agar kita, selalu menyertakan Dia
didalam setiap perjalanan Hidup dan berserah hanya kepadaNya didalam kerendahan
hati “Tuhan, Tolonglah...” menunjukkan bahwa kita tidak memiliki kuasa
apapun didalam hidup ini. Hanya oleh karena kasih dan kemurahanNya sajalah kita
dapat menjalani hidup.
Mari
jadikan Tuhan Yesus sebagai nahkoda didalam kapal kehidupan kita, sehingga
apapun persoalan baik persoalan ekonomi,
keluarga, dan keyakinan, hanya Kritsulah jalan keluar, hanya Dia yang berkuasa
atas apapun dalam kehidupan kita. Kita diizinkan Tuhan didalam masalah bukan
karena kebencianNya, tetapi oleh karena cinta kasihNya yang besar agar kita
tumbuh menjadi pribadi yang tangguh, yang unggul yang mampu untuk selalu
bersyukur dan memberitakan kebaikan Tuhan.
Seperti
Yusuf yang melihat masalah bukan sebagai ancaman, namun sikap kerendahan hati
dan takut akan Tuhan menjadikan ia sebagai pribadi yang mampu mengampuni,
pribadi yang mampu menjadi berkat disekelilingnya. Semua itu ia peroleh oleh karena kesadaran
bahwa kesulitan adalah adalah jalan bagi
Tuhan untuk menunjukkan Kuasa dan cara Tuhan menyertai. Inilah yang seharusnya
kita miliki sebagai umat yang telah dipilih dan dilayakkan oleh Allah, serta
diselamatkan melalui pengorbanan Kristus, seharusnya kita menjadi pribadi yang
unggul dan tangguh dalam menghadapi berbagai kesulitan, oleh karena kita
percaya bahwa Tuhan ada dipihak kita.
Tidak
ada masalah yang tidak bisa diselesaikan. Cara kita menyelesaikan masalah akan
menentukan hasil akhir. Jika masalah diselesaikan dengan mengandalkan kekuatan
diri sendiri yang terjadi adalah kehancuran, oleh karena masalah diselesaikan
mengikuti emosi semata, namun jika Tuhan yang kita panggil untuk membantu kita
menyelesaikan masalah, Roh Kudus menerangi hati, kita diberi hikmat dan bijak
dalam mengambil sebuah keputusan dalam masalah. Ketika Tuhan Bekerja didalam masalah kita, semuanya
menjadi baik, “maka danau itu menjadi
teduh sekali.”