Rabu, 03 Oktober 2018

HIDUP DALAM PENYERTAAN TUHAN


HIDUP DALAM PENYERTAAN TUHAN
MATIUS 8:23-27
“Maka datanglah murid-murid-Nya membangunkan Dia, katanya: "Tuhan, tolonglah, kita binasa." Ia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?" Lalu bangunlah Yesus menghardik angin dan danau itu, maka danau itu menjadi teduh sekali.

Kapal berangkat dan berlayar meninggalkan dermaga tentu memiliki pelabuhan tujuan untuk bersandar.  Walaupun pada kenyataan, sebuah kapal bisa saja melewati berbagai rute dan namun tetap saja ada temapt perhentian atau pelabuahn terakhir. Demikian juga hidup kita, diibaratkan sebagai sebuah kapal yang berangkat dari dermaga menuju pelabuhan akhir. Kita dilahirkan kedalam dunia itulah sebagai titik awal pelabuhan keberangkatan kita, dan pelabuhan akhir dari perjalanan kita  adalah kematian. Kapal adalah kehidupan kita, laut/danau/sungai adalah dunia dimana kita hidup. Kita diciptakan dan dijadikan oleh Allah melalui proses kelahiran dan terlahir melalui ibu kita, tentu Allah memiliki tujuan atas kita. kita diberi tugas dan tanggung jawab.

Didalam perjalanan hidup kita didunia ini, seperti sebuah kapal yang mengarungi lautan, tidak selamanya mulus, atau cerah. Terkadang ada banyak riak gelombang bahkan badai yang datang mengancam silih berganti, yang bisa saja menghantam, dan mengkandaskan kapal itu, menghancurkan kehidupan kita. tentu sangat dibutuhkan kemampuan untuk mengendalikan kapal agar bisa keluar dari ancaman dan badai dilautan. Demikian juga kita didalam hidup ini ada banyak tantangan, kesulitan, hambatan yang terkadang bila kita tidak mampu mengendalikan arah dan menjaga keseimbangan, bukan tdak mungkin hidup kita menjadi hancur dan sia- sia.
Dalam perikop yang kita baca hari ini, dikatakan “Lalu Yesus naik kedalam  perahu....(ayat 23).”,dan seperti yang telah dikemukakan diatas, bahwa kapal/perahu adalah hidup kita,  kita melihat bahwa Tuhan terlebih dahulu masuk dan ikut serta dalam hidup kita. namun kita sering tidak menyadari bahkan menyangkal kehadiran dan penyertaan Tuhan didalam diri kita, ketika kita menjalani hidup. Kita lebih sering percaya kepada kekuatan, kemampuan dan pemikiran kita sendiri, atau jika kita tidak mampu, kita lebih yakin kepada kekuatan dunia selanin Tuhan. Disinlah kita diingatkan bahwa Allah selalu hadir disetiap detik perjalanan hidup kita. Agar kita kita lebih peka terhadap suara Tuhan.  Pertanyaan yang kemudian muncul adalah bagaimana kita dapat mengetahu dan mengerti bahwa Tuhan menyertai kita?, Jawabannya tidaklah sesulit yang kita bayangkan, bukankah kita masih diberi nafas, masih bisa menikmati cahaya matahari, merasakan kesejukan udara pagi dlsb. Tuhan menyertai kita nyata  berlalui berkat dan anugerah yang kita terima. Kita bisa menghirup udara, tetapi tidak bisa menciptakan udara. Persoalannya apakah kita mau mengakui hal yang sedrhana tadi?, kita bisa merasakan penyertaan Tuhan, ketika kita mampu untuk selalu bersyukur didalam setiap kondisi dan waktu kehidupan kita. jika kita tidak mampu untuk bersyukur, maka kita tidak akan pernah mengakui kehadiran Tuhan didalam kehidupan kita.
“Sekonyong-konyong mengamuklah angin ribut di danau itu, sehingga perahu itu ditimbus gelombang, tetapi Yesus tidur (ayat 24). Sudah dikatakan pada bagian sebelumnya bahwa badai/angin ribut adalah gambaran dari kesulitan yang kita hadapi didalam hidup ini. Mulai dari persoalan kecil sampai persoalan yang besar yang bahkan dapat mengancam nyawa kita. Masalah adalah bagian dari hidup, sehingga ada yang menatakan bahwa hidup tanpa masalah, ibarat makan tanpa garam. Dan yang perlu diingat, bahwa masalah itu bisa muncul dari dalam diri sendiri atau dari luar diri. Ada orang yang suka lari dari masalah yang diciptakannya sendiri, dengan harapan selesai dengan sendirinya atau menghidari masalah hanya untuk mencari ketenangan, tetapi ada juga yang menjadikan masalah sebagai sebuah tantangan yang harus ditaklukkan. Tidak mungkin ada asap, jika tidak ada apai. Tidak mungkin ada masalah jika tidak ada yang mengawalinya. Terkadang kita tidak menyadari bahwa sumber masalah itu berasal dari diri kita, oleh karena kita tidak mampu menjaga tutur kata kita, dengan ucapan sembrono, sombong, yang merendahkan, caci maki  dlsb serta laku yang diluar norma susila dan kesopanan. Kita tidak mampu menguasai diri. Ketika masalah kemudian muncul kita pun didalam kebingungan mencari penyelesaian.  Itu baru satu contoh dari berbagai persoalan dalam hidup.
Tekadang masalah hadir lebih dari satu, seperti ombak yang bergulung-gulung. Ketika kita tidak mampu menyelesaikannnya kita menganggap bahwa Tuhan menjauh dan seolah-olah tidur. Padahal “Yesus tidur” dalam ayat ini adalah bahwa ada saatnya kita menyediakan waktu untuk beristirahat memulihakan tenaga dan pikiran setelah berkutat dengan masalah. Tujuannya agar rohani kita dapat menilai dan memilih alternatif penyelesaian masalah yang terbaik.  Namun yang sering terjadi adalah, kita sering “berteriak-teriak” ,”menjerit” , tidak fokus kepada masalah. Mencari pembenaran diri sendiri, atau bahkan berusaha lari dari kenyataan.
Sangat  jelas dikatakan diayat 25 "Tuhan, tolonglah, kita binasa.".  Secara tidak langsung ini mengatakan bahwa kita sering berputus asa didalam menghadapi berbagai persoalan hidup. Tuhan lebih sering menjadi jalan terakhir bagi persoalan yang kita hadapi. Jika kita masih memiliki kekuatan, kemampuan dan pikiran yang kita rasa hebat tentulah kita akan memakai ini terlebih dahulu. Mentok baru Panggil Tuhan, sehingga kita lebih sering menjadikan Tuhan seperti Pemadam Kebakaran. Padahal Jelas dalam perikop ini dikatakan Tuhan lebih dahulu hadir dan menyertai kita. itulah sebabnya Kritus disebut Imanuel ‘ Allah Menyertai kita”.
Itu sebabnya Tuhan Yesus menegur murid-muridNya, dengan mengatakan “"Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?". Sebuah teguran keras bagi para murid dan juga bagi kita.  Kita selalu mengharapkan muzijat Tuhan  seperti  keinginan kita, bukan mengikuti kehendak Tuhan. Kita lebih percaya kepada hal-hal yang instan dan dalam sekejap menjadi nyata dari pada harus menanti Tuhan bekerja.  Namun demikian, Tuhan menghendaki agar kita, selalu menyertakan Dia didalam setiap perjalanan Hidup dan berserah hanya kepadaNya didalam kerendahan hati “Tuhan, Tolonglah...”  menunjukkan bahwa kita tidak memiliki kuasa apapun didalam hidup ini. Hanya oleh karena kasih dan kemurahanNya sajalah kita dapat menjalani hidup. 
Mari jadikan Tuhan Yesus sebagai nahkoda didalam kapal kehidupan kita, sehingga apapun  persoalan baik persoalan ekonomi, keluarga, dan keyakinan, hanya Kritsulah jalan keluar, hanya Dia yang berkuasa atas apapun dalam kehidupan kita. Kita diizinkan Tuhan didalam masalah bukan karena kebencianNya, tetapi oleh karena cinta kasihNya yang besar agar kita tumbuh menjadi pribadi yang tangguh, yang unggul yang mampu untuk selalu bersyukur dan memberitakan kebaikan Tuhan.
Seperti Yusuf yang melihat masalah bukan sebagai ancaman, namun sikap kerendahan hati dan takut akan Tuhan menjadikan ia sebagai pribadi yang mampu mengampuni, pribadi yang mampu menjadi berkat disekelilingnya.  Semua itu ia peroleh oleh karena kesadaran bahwa kesulitan adalah  adalah jalan bagi Tuhan untuk menunjukkan Kuasa dan cara Tuhan menyertai. Inilah yang seharusnya kita miliki sebagai umat yang telah dipilih dan dilayakkan oleh Allah, serta diselamatkan melalui pengorbanan Kristus, seharusnya kita menjadi pribadi yang unggul dan tangguh dalam menghadapi berbagai kesulitan, oleh karena kita percaya bahwa Tuhan ada dipihak kita.
Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan. Cara kita menyelesaikan masalah akan menentukan hasil akhir. Jika masalah diselesaikan dengan mengandalkan kekuatan diri sendiri yang terjadi adalah kehancuran, oleh karena masalah diselesaikan mengikuti emosi semata, namun jika Tuhan yang kita panggil untuk membantu kita menyelesaikan masalah, Roh Kudus menerangi hati, kita diberi hikmat dan bijak dalam mengambil sebuah keputusan dalam masalah.  Ketika Tuhan Bekerja didalam masalah kita, semuanya menjadi baik, “maka danau itu menjadi teduh sekali.”