“Kasih Sebagai Pengikat Yang Mempersatukan
(Kolose 3:12-14)”
Minggu, 12 Agustus 2018
I. PENDAHULUAN
Seseorang yang
memilih untuk menjadi Tentara, diharuskan untuk patuh kepda aturan
dikemiliteran. Salah satunya adalah penggunaan seragam. Seragam itu bukan hanya
sebagai pakaian tetapi ia menunjukkan identitas dan kebanggaan dirinya sebagai
seorang tentara. Seragam itu sendiri terdapat berbagai macam atribut , mulai
dari nama, tanda kesatuan, pangkat, divisi, keahlian, tanda jasa dan masih banyak. Dikatakan ia sebagai
seragam lengkap, apabila semua atributnya lengkap mulai dari yang digunakan
dikepala sampai di kaki.
Sebagai
seorang Kristen/pengikut Yesus, kita juga memiliki “Seragam Rohani”, yang juga
memiliki atribut untuk menunjukkan identitas kita sebagai seorang Kristen,
Dan “seragam rohani” ini penting dan
harus nyata didalam hidup seorang Kristen. Inilah yang menjadi perenungan bagi
kita, apakah kita betul-betul sudah memakai seragam rohani atau tetap dengan
pakaian lama, dan apakah itu dapat kita nyatakan
Jika kita
membaca secara keseluruhan Surat Paulus kepada Jemaat Kolose kita dapat
memahami persoalan dihadapi Jemaat Kolose, yang jauh dari kebenaran dan
mengikuti ajaran sesat. Itulah sebabnya ia menekankan dan mengemukakan ajaran
Kristen yang benar dan menentang ajaran salah
yang diajarkan oleh guru-guru palsu itu. Yesus Kristus adalah keselamatan yang sempurna dan ajaran sesat hanya
menjauhkan orang dari Kristus, oleh karena mengajarkan untuk mengejar kepuasan
diri. Melalui Kristus, Allah menciptakan dunia ini, dan melalui Kristus pula
Allah menyelamatkannya. Hanya didalam Kristus,
dunia mempunyai harapan untuk diselamatkan. Ia juga menguraikan hubungan antara
ajaran Kristus itu dengan cara hidup kehidupan orang Kristen, untuk
meninggalkan dan menanggalkan cara hidup (seragam lama) (ayat 5-9) dan
menggunakan seragam rohani baru dan hidup baru.
Kejahatan
dan rupa-rupa penyesatan yang terjadi saat ini, sebetulnya bukanlah hal baru. Realita
hidup saat ini, setiap saat manusia disuguhkan oleh oleh berita tentang
perbuatan jahat yang dilakukan oleh sesama manusia, pembegalan, penistaan,
fitnah, hoax / penyesatan informasi, Serta diskriminasi golongan (Isu SARA) –
(Jahudi dan non Jahudi), pencurian, pembunuhan, praktek perdukunan, dlsb.
Mengapa ini semua terjadi?, Padahal
banyak pelakunya adalah orang yang mengaku beragama. Ketika ada banyak orang
yang “mengaku Kristen” tetapi perbuatannya tidak mencerminkan “Seorang
Kristen”.Bila dirunut motifnya, karena tekanan ekonomi, haus kekuasaan, balas
dendam. Dan hari ini tema ibadah kita
“Kasih sebagai pengikat yang mempersatukan”
II. Penjelasan Nas
2 Minggu
yang lalu kita telah telah belajar dan mengerti bagaimana seharusnya sikap
seorang yang dikatakan sebagai pengikut Kristus “yaitu: menyangkal diri/Pikul
Salib/Mengikut Yesus”. Meninggalkan dan menanggalkan pakaian rohani lama dan
mengenakan seragam rohani baru. Pengajaran yang menunjukkan bagaimana
semestinya sikap dan prilaku hidup orang percaya yang memakai “Seragam Rohani”
baru. Sebagai seorang Kristen, diminta untuk meninggalkan cara hidup lama yang
penuh dengan keinginan daging dan rupa-rupa dunia untuk hidup dan tunduk
sepenuhnya kepada Kristus, oleh karena Kasih Kristus, telah memilih, telah menebus, dan melayakkan kita untuk
menjadi bagian dari KerajaanNya.
Pengikut
Kristus disebut orang / umat pilihan Allah. Semua ini adalah anugerahNya dan
bukan karena usaha manusia. Untuk
dapat mengerjakan semua ini, sangat diperlukan Kasih. Kasih adalah seragam baru
rohani ornag percaya. Berbicara tenatnag kasih, berbicara tentang Allah. Kasih
adalah jati diri Allah, dan segala yang berhubungan dengan Allah adalah Kasih.
Kasih itu bukan pasif, tetapi ia harus nyata. Kasih yang murni tanpa ada
embel-embel. Oleh karena Pekerjaan Kasih adalah Pekerjaan Allah, bagi siapa yang Mengerjakan kasih berarti
Allah turut bekerja bersama dirinya. Kasih sebagai Seragam Rohani yang Baru untuk
menjadikan kita manusia baru didalam Kristus memiliki atribut/kelengkapan yang
mutlak/harus dipenuhi yaitu : hati yang
berbelas kasih, berkemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran,
mau mengampuni.
(1) Berbelas kasih berarti memiliki keperdulian
dan empati atas kelemahan, kesusahaan
dan kekurangan orang lain.
(2) Kemurahan berarti Melihat orang lain adalah
bagian dari diri sendiri, sehingga mau mengerti dan menolong. Kemurahan hati
itu nyata dan selalu memiliki kerinduan untuk memberikan tenaga, pikiran dan
yang ia miliki untuk membantu sesama. Ingat Orang samaria yang baik hati dan
imam yang sombong.
(3) Seorang kristen harus memiliki kerendahan
hati., sebab kerendahan hati itu mendahului kehormatan dan kesombingan mendahuli kehancuran (Amsal 18:12). Kerendahan hati didasari oleh prinsip
kesetaraan sebagai sesama ciptaan. Dan apa yang ada pada dirinya semata-mata
naugerah dan berkat Tuhan, sehingga tidak ada alasan untuk menjadi congkak.
(4) Kelemahlembutan
berarti kemampuan untuk menguasai diri dan tidak bereaksi negatif ketika
dituduh, difitnah, disakiti. Ia bisa saja marah tetapi bukan seorang pemarah, kemarahannya
mengarahkan orang untuk berbuat benar bukan kemarahan yang menghasilkan dosa. Ilustrasi:
Seorang anak disuruh mencuci piring, kemudin tak sengaja jatuh dan pecah.
Perkataan pertama kasar, yang kedua lembut. Apa yang keluar dari mulut kita, seperti apa
tindakan dan perilaku kita, itu sesungguhnya adalah gambaran isi hati.
(5) Kesabaran
bermakna ketenangan hati dalam mengahdapi berbagai permasalahan, ia mampu
mengendalikan diri dan menghindarkan diri dari perselisihan.
(6)
Pengampunan berarti memberi hati untuk memaafkan dan
melupakan kesalahan dan kelemahan orang lain. Kristus adalah teladan untuk contoh
pengampunan. Harus kita sadari, tidak ada satu orang pun yang tidak pernah
berbuat salah. Sebagaimana kita yang menginginkan pengampunan ketika kita
berbuat salah, demikian hendaknya kita juga mau mengampuni jika orang bersalah
kepada kita. Stefanus, seorang martyr, ketika dirajam dengan batu, ia mendoakan
agar Tuhan mengampuni, bukan mengutuki. Mengampuni
membebaskan kita dari rasa benci dan sikap menghakimi. Mengampuni adalah jalan
bagi kita untuk menerima pengampunan.
III. REFLEKSI
Tentu
bukan perkara mudah untuk mengerjakan
pekerjaan kasih. Ditengah
situasi kehidupan yang penuh persaingan saat ini, telah melahirkan manusia
dengan sifat individualis dan egois, hedonis. Mengahalalkan Segala cara,
asalkan apa yang diinginkannya tercapai. Itu sebabnya ‘Kasih yang murni” menjadi sesuatu yang langka. Banyak orang mengartikan kasih sebagai bentuk
transaksi. “Keuntungan apa yang kudapat jika menolongmu”, atau Kasih diartikan hanya
sebatas pemberian atau materi “Kalau hanya omongan, nggak ada guna”, Atau kasih
hanya sebagai slogan dan sebagai pekerjaan sosial, “Hari gini mana ada yang
Gratis”,
Inti dari kasih adalah pengorbanan dan
kerelaan untuk memberikan waktu, pikiran, tenaga, pemberian yang didasari oleh iman. Kita sadar berbicara kekristenan, berbicara
tentang kasih yang murni, kasih sejati, kasih agave.
Orang
Kristen paham, bahwa Kasih Tuhan yang menyelamatkan dan pengorbanan Kristus
adalah Puncak Kasih itu. Namun ketika diajak untuk berbagi dan berbuat kasih
banyak yang alergi, menghindar. Sehingga
Kasih itu mudah diucapkan, tetapi susah
untuk dilakukan, Ilustrasi
pengkotbah yang Kehilanagn Baju.
Masih Banyak orang Kristen yang kehadiran
sebagai seorang Kristen tidak memberikan makna, tidak memberikan warna, tidak
berdampak kepada lingkungan dimana ia berada, justru menjadi batu sandungan
ketika ada yang ingin mengerti Kristus secara benar. Oleh
karena apa yang diucapkan tidak sesuai dengan yang dilakukan, lain dimulut lain
dihati, beda kata dengan perbuatan. Orang Kristen dipanggil Garam Dan Terang
tetapi karena tidak mau dan malu berbuat
kasih ia menjadi Garam yang tawar dan
lampu yang Padam. Apa sebetulnya yang menghalangi orang berbuat kasih
kepada sesamanya?. Tantangan terberat untuk pekerjaan Kasih adalah diri
sendiri. Mengapa? Karena Kasih itu bukan sekedar ucapan, tetapi ia harus nyata
dan bisa dirasakan. Kasih membutuhkan pengurbanan, kasih sejati didasari oleh kerelaan.
Menjadi Pengikutnya harus
bersedia Menyangkal diri / memikul salibnya dan mengikuti teladanNya. Dan
Penghalang terbesar untuk perbuatan kasih adalah ketidakmauan untuk menyangkal
diri, yaitu : Sifat
Kekerasan hati, tegar tengkuk, bebal serta
tidak rela meninggalkan cara hidup lama yang tidak berkenan kepada Tuhan. Selalu menghitung untung rugi. Jika susah
untuk menyangkal diri, tentu susah untuk berbuat kasih, jikalaupun mau berbuat
kasih ‘semata-mata” karena ada yang diharapkan, nama baik mungkin, jabatan,
popularitas dll.
Susah bukan
berarti bukan tidak bisa dilakukan, berat bukan berarti tidak bisa diangkat. Dibutuhkan Hikmat dari Tuhan, karena Pekerjaan Kasih adalah Pekerjaan Allah.
Kita dipilih, dipanggil dan dilayakkan menjadi anak-anakNya diberi tugas untuk
menyatakan kemulian Allah melalui Pekerjaan Kasih, sesuai dengan talenta dan panggilan
kita masing-masing.
Mulailah dari hal sederhana, dari
diri pribadi dan keluarga. Mengapa?
Bagaimana kita bisa mengasihi orang lain, jika kita tidak terlebih dahulu
mengasihi keluarga. Sebab Didalam keluarga-lah kita dapat merasakan, melihat
Kasih Allah yang nyata. (Bnd. Muzijat air jadi anggur). Adalah pendusta , jika
ia mengasihi orang lain, tetapi membenci orang tua dan saudaranya. Adalah
pembohong, mengajarkan kebajikan kepada orang lain, tetapi ia tidak berbuat kebajikan
didalam keluarganya.
Contoh : Jika seorang anak yang sedang menempuh
pendidikan, ataupun sudah bekerja, cara menunjukkan Kasih kepada Keluarga
(orang tua dan saudara), tentu belajar yang benar, Prestasi Kerja terbaik.
Sebagai seorang abang/kakak, tunjukkan contoh baik/panutan, memperhatikan
adik/kakak, dan tidak bersungut-sungut ketika diminta Membantu orang tua,
ingatlah “Seorang Ibu telah memberikan hidupnya untuk melahirkan dan memelihara,
Seorang Ayah telah mengeluarkan seluruh
tenaga dan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan keluaganya” untuk itu
jadilah anak yang berhikmat dengan tidak melawan ajaran kebenaran yang
diberikan orang tua, dan menuruti nasehatnya, berikanlah buah kebajikan dalam hidupmu dengan tidak menempelkan arang
kewajah orang tuamu (mempermalukan). Ingatlah “sebab didikan dan ajaran orang tua adalah karangan bunga yang indah itu bagi
kepalamu (Mahkota yang memberikan kehormatan), dan suatu kalung bagi lehermu
(Berharga) (Bnd.Amsal 1:8-9, Karena “Anak yang bijak mendatangkan sukacita kepada
ayahnya, tetapi anak yang bebal adalah kedukaan bagi ibunya (Bnd Amsal 1:8-9 + Amsal 10:1).”
Lalu bagaimana jika orang tua
tidak memberikan contoh yang baik kepada anak-anaknya. Tetap hargai dan hormati mereka dan berdoalah
bagi mereka, jangan meniru yang tidak baik, tetapi tunjukkan prilaku sebagai
seorang anak yang percaya kepada Kristus yang mengampuni, sabar untuk terus
mengigatkan mereka. Mengapa ini perlu diingatkan kepada anak-anak. Lihat betapa
jahatnya zaman ini.
Mengapa
kasih itu Penting dan menjadi utama. Firman Tuhan dalam I Petrus 4:8 “Tetapi yang terutama: kasihilah
sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali
dosa”.. Menutupi dosa tidak sama dengan mendiamkan dosa. Menutupi dosa
berarti mengor, mengingatkan, menasehati dalam kasih. Ini akan menolong mereka
untuk tidak mengulangi dosanya dan mencegah lahirnya dosa yang lain (Bnd Luk 17:3-4).
Karena satu dosa akan melahirkan dosa
yang lain. Ilustarsi : Seorang mencuri, akan berdusta, dan menuduh. Karena
kepada kita juga akan dituntut Allah, jika kita mengetahui dan mendiamkan orang
lain berbuat dan jatuh kedalam dosa (Yeh 33:8).
Dari Seragam dan atributnya
sesorang dikenal. Seragamlah
yang mengikat dan mempersatukan dalma kumpulannya. Demikian Kristus Telah menganugerahkan
kasih sebagai “Seragam rohani” kepada orang percaya. Karena hanya orang-orang
dengan seragam yang sama dapat berkumpul didalam satu barisan. Terlebih dibulan
Agustus ini, kita akan memperingati Hari Kemerdekaan Bangsa Indonesia yang ke
73, inilah saat dan momentum bagi kita untuk menunjukkan kasih yang murni
kepada sesama tanpa melihat latar belakang agama, suku golongan dan status,
sebagai bentuk tanggung jawab oleh karena orang Kristen telah diberi ‘Seragam
Kasih” .
Kasih
yang murni memampukan kita untuk melihat perbedaan sebagai kekayaan, untuk
saling melengkapi kekurangan, dan Kasih
Itu Mempererat dan Menyatukan. Karena Kasih-lah kita dipanggil untuk
menjadi Garam dan Terang bagi orang disekeliling kita, agar kita memberi rasa
dan warna di kehidupan ini. Mulailah dari diri sendiri dan keluarga
dengan memberi ruang untuk saling mengampuni dalam kasih. Karena kasih menghasilkan sukacita, damai
sejahtera. Amin