Rabu, 23 November 2016

Pertobatan Lebih Baik Dari Mempersembahkan Korban

NAS                   : Yesaya 1:10-18

Pendahuluan
Ada sebuah ungkapan “ Kebiasaan itu belum tentu baik, tetapi biasakanlah untuk berbuat kebaikan”. Mengapa? Terkadang hal-hal yang kita lakukan dan telah menjadi kebiasaan kita belum tentu mendatangkan kebaikan bagi diri maupun orang lain, tetapi apabila kita membiasakan diri untuk berbuat kebaikan kepada diri dan sesama tentunya kita akan merasakan manfaatnya. Demikian juga dengan ibadah kita. Terkadang dalam ibadah, kita merasakan jika ibadah kita itu sudah benar dan menyenangkan Tuhan, kita rajin memberi segala macam bentuk persembahan, kita berdoa siang dan malam, tetapi kita tidak juga merasakan suka cita dan damai didalam hidup kita. Ada apa? Apa yang salah dengan ibadah kita? Dan berbagai macam pertanyaan yang muncul didalam pikiran dan hati kita.

Firman Tuhan didalam Yesaya 1: 10-18 ini, secara gamblang ingin mengoreksi cara kita beribadah. Apa yang kita anggap benar dan baik, ternyata tidak bagi Tuhan.  Bangsa Jehuda yang kelihatan sangat taat beribadah, tidak melupakan aturan peribadatan, memberikan korban bakaran dan persembahan, melaksanakan hari raya keagamaan dan Hari Sabat, tetapi semuanya menjijikkan bagi Tuhan, oleh karena mereka dalam kehidupannya masih melakukan segala dosa dan kejahatan. Mulai dari pemimpin dan rakyatnya, sehingga Bangsa Israel diibaratkan seperti Sodom dan Gomora. Ibadah, hari Raya keagamaan, Sabat hanya sebagai sebuah kebiasaan belaka, tanpa menghidupi dan memaknai ibadah itu sendiri sebagai bagian dari pujian dan penyembahan, pengucapan syukur dan tanda keimanan kepada Tuhan. Hal inilah yang membangkitkan amarah dan murka Tuhan bagi bangsa itu dan akan menjatuhkan hukuman kepada mereka apabila mereka tidak juga mau bertobat.




Penjelasan nas
Jika kita membaca dari ayat 2 secara singkat berisi mengenai ratapan mengenai kekerasan hati Yehuda dan panggilan untuk bertobat (Yes 1:2-20).  Para pemimipin atau raja yang diangkat dan diurapi disamping memiliki tugas untuk memimpin negeri, juga adalah pemimpin dalam hal ibadah kepad Tuhan. Akan tetapi seringkali mereka melupakan tanggung jawab ini dan menyalahgunakan kekuasaannya untuk kesenangan pribadinya. Dan disinilah peran Nabi Yesaya sebagai Juru Bicara Allah, mengecam, mengingatkan agar Para Raja tidak melupakan tugas dan tanggung jawabnya dalam peribadatan dan melakukan apa yang dikehendaki Allah.

Dalam hal ini Yesaya ingin menunjukkan kepada mereka bahwa betapa salahnya mereka beranggapan TUHAN akan berkenan dengan ibadah-ibadah mereka yang resmi sementara mereka melupakan sesamanya manusia (Yes. 1:10-17).
Oleh karena kedegilan dan kekerasan hati bangsa itu, yang tidak mau mengikuti perintah Tuhan membuat Tuhan murka dan tidak berkenan kepada seluruh Ibadah yang mereka lakukan.

Apa yang mau ditunjukkan oleh Allah melalui HambanNya Nabi Yesaya?
1.  Tuhan menolak Korban Persembahan Dan Ibadah Bangsa Itu (ayat 11-15)
Persembahan mereka ditolak, walaupun itu adalah yang terbaik. semuanya sia-sia, tidak berarti, tidak berharga di hadapan Tuhan. Mungkin di hadapan manusia, persembahan mereka sangat dihargai, tetapi di hadapan Tuhan semua sia-sia. Mungkin mereka mau menyogok Tuhan dengan persembahan ini. Tetapi Tuhan bukan seseorang yang bisa disogok! Orang sering beranggapan bahwa Tuhan selalu mau menerima orang yang berdoa, berbakti / beribadah kepadaNya. Tetapi dalam bacaan ini kita melihat bahwa itu salah.  Tuhan ternyata menolak ibadah  dan persembahan dari orang-orang Yehuda. Mengapa? Mereka tidak mendengarkan suara Tuhan dan setia pada kejahatannya, itulah sebabnya disebutkan Pemimipin mereka sebagai Manusia Sodom, Umatnya sebagai Manusia Gomora.  Yang utama adalah mendengarkan Tuhan dan mengikuti apa yang diperintahkan olehNya (Baca 1 Samuel 15:22). Persembahan dan ibadah yang sejati adalah penyerahan diri kedalam Kuasa Allah sebagai persembahan yang  hidup dan sejati (Baca Roma 12:1).    
2.  Tuhan menolak permohonan / doa mereka.
Mereka mendekat kepada Tuhan, belajar Firman Tuhan, Mereka berpuasa, dan ini kelihatannya dilakukan sambil berdoa, tetapi Tuhan tak mempedulikan mereka. Oleh Karena perilaku dan tindakan mereka serta perayaan mereka penuh dengan kejahatan kepada sesama (ayat 13, 15)

Penolakan Tuhan atas Ibadah, perayaan dan Doa bangsa itu semuanya karena Dosa yang mereka lakukan. Kita menyadari bahwa dosalah yang menjadi penghalang dan memisahkan kita dari Tuhan. Tetapi Allah juga rindu kepada kita jika kita mau menyerahkan diri kita dan mengaku dihadapanNya semua dosa yang kita lakukan. Itulah mengapa Allah menginginkan adanya pertobatan umatNya. Jika kita bertobat maka Tuhan mau mengampuni Dosa kita. Ayat 16 – 18 memberikan kepada kita bahwa Allah membuka hatiNya bagi pertobatan kita. 

Apa yang dikendaki Allah? Serta apakah upahnya?
1. Pertobatan membuat kita berhenti dan meninggalkan Dosa (ayat 16).
Mengaku dosa, mendengarkan suara Tuhan, mematuhi hukumNya menjadikan kita takut akan Dia.
2.Pertobatan membuahkan hasil perbuatan baik.
Kita harus belajar untuk berbuat baik. Ini diperlukan untuk melengkapi pertobatan. Tidak cukup bahwa kita berhenti melakukan kejahatan, tetapi kita harus belajar untuk berbuat baik.
3. Ada janji pengampunan (ay 18).

Tak peduli sebesar dan seperti apa dosa kita (merah seperti kirmizi / kain kesumba), akan menjadi putih seperti salju / bulu domba. Ini menandakan bahwa selalu ada pengampunan bagi setiap manusia yang mau bertobat.

Dosa kita akan diampuni, jika kita bertobat sungguh-sungguh  FirmaNya, "Aku, Akulah Dia yang menghapus dosa pemberontakanmu oleh karena Aku sendiri, dan Aku tidak mengingat-ingat dosamu."  (Yesaya 43:25).  Buah Pertobatan harus nyata didalam kehidupan kita, melalui perkataan, sikap tingkah laku. Firman Allah , "Ingatkanlah Aku, marilah kita berperkara, kemukakanlah segala sesuatu, supaya engkau nyata benar!"  (Yesaya 43:26)

Refleksi
Jika demikian apakah yang dapat kita lakukan agar ibadah kita menjadi berkenan kepada Allah?
1.    Pertobatan yang sungguh-sungguh dengan perubahan sikap dan berupaya berbuat kebaikan kepada sesama
2.    Jadikan ibadah sebagai kebutuhan bukan kebiasaan
3.    Persembahkanlah yang terbaik hanya bagi Allah dengan penuh ucapan syukur dan berasal dari hati yang tulus dan penuh kejujuran


St. E. Marpaung-GKPI Segar Rejosari