Minggu, 23 September 2018

“Hidup Sebagai Anak Terang”


 “Hidup Sebagai Anak Terang”
Efesus 5:1-10
Minggu, 23 Sept 2018
I.Pendahaluan
Seorang Tentara akan dikenal karena seragamnya, ketegasannya, kedisiplinannya. Sesungguhnya ciri khas yang dimiliki, merupakan gambaran diri dan cara hidupnya sehari-hari..
Jika didalam kehidupan jasmani kita memiliki ciri khas yang menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari diri kita, demikian juga dengan rohani. Sebagai orang Krsiten tentu kita harus hidup sesuai dengan tuntunan Kristus yang adalah Kepala.  Sebagaimana, Kristus telah memilih dan melayakkan kita untuk menjadi bagian dalam KerajaanNya, sudah tentu kita harus senantiasa turut kehendakNya. Kita telah diangkat dari kubangan dosa dan maut untuk menjadi manusia baru dalam arti bahwa kita hidup ini hanya didalam kasih karuniaNya dan telah dikuduskan oleh DarahNya, Kristus menghendaki kita untuk selalu hidup didalam Dia.
Dan inilah juga yang diingatkan oleh Rasul Paulus kepada Jemaat di Efesus dan kepada kita pada hari ini, bahwa kita adalah Anak terang, tentu mestilah hidup sebagai anak terang.
II. Penjelasan Nas
Anak terang atau manusia baru digambarkan orang yang sudah memperoleh keselamatan dari Tuhan Yesus Kristus. Roh Kudus yang menggerakkan untuk bertobat, dan diperbarui oleh Kristus serta hidup menurut kehendakNya. Anak Terang mengalami perubahan yang luar biasa yang mempengaruhi seluruh perilaku kehidupannya.
Oleh karena apa? Oleh karena pemulihan hubungan oleh Allah sendiri melalui Kristus dan kita telah diperdamaikan dengan Dia oleh darah Kristus. Anak anak terang Orientasi hidupnya menjadi Theosentris (semuanya berpusat kepada Tuhan). dari yang semula adalah egosentris (berpusat kepada diri sendiri)
Ada banyak orang yang mengaku percaya pada Kristus, atau mengaku sebagai sebagai orang Kristen, Pertanyaannya adalah apa yang menjadi bukti bahwa ia percaya pada Kristus, Bahwa ia pengikut Kristus dan bukti ia menyebut diri sebagai orang Kristen?
Inilah yang menjadi pergumulan didalam hidup kita ini, ketika kita menyebut diri kita sebagai Pengikut Kristus / Kristen, kita sering terpaku hanya kepada ritual ibadah, dan seremonial keagamaan belaka. 
Kristus adalah Jalan Kebenaran dan Hidup, menjadi seorang Pengikut Kristus berarti mengikuti Jalan dan Kebenaran Itu sendiri yaitu Kristus. Seorang pengikut tidak boleh melenceng dari Jalan yang diikutinya.
Ke-Kristen-an itu bukan hanya Sekedar ritual Ibadah, tetapi lebih dari itu Kristen adalah bagaimana kita hidup dan menghidupi Firman Allah dan merasakan Karya Allah dalam Hidup. Dengan kata lain Hidup dalam Ke Kristenan / hidup sebagai anak terang adalah setiap hembusan nafas, perkataan dan perbuatan adalah cerminan dari Pribadi Kristus itu Sendiri, Mengapa? Karena kita Pengikut Kristus.
Namun Realitanya Masih banyak dijumpai Kekristenan hanya dalam Identitasnya saja (KTP). Sebutannya saja yang Kristen, tapi praktek hidupnya jauh dari nilai ke-Kristen-an.  Menyebut diri Kristen, tapi suka berdusta, mudah tersinggung atau marah, tidak ada keramahan dan kasih. maunya dimaafkan dan diampuni, tapi tidak suka mengampuni, tidak mau berbagi dan memberi. Mau mengkritik tetapi tidak mau dikritik, mau ditolong tetapi tidak mau menolong. Dlsb. Kita sebut diri kita pengikut Kristus, tetapi yang kelihatan adalah  diri kita, bukan Kristus.  Ibarat HP, Casingnya yang ganti, isi dalamnya masih sama, Identitasnya yang Kristen, tetapi rohaninya jauh dari nilai ke-Kristen-an.
Rasul Paulus kepada jemaat di Efesus dan juga kepada kita, dalam  Efesus pasal 5 ini, berbicara tentang perubahan yang terjadi dari seorang didalam Yesus Kristus, ketika seseorang dipilih dan diangkat menjadi Anak Terang.
 Ayat 1, di situ dikatakan “sebab itu jadilah”. ini berarti  kita harus membuktika bahwa kita pengikut Kristus. Apa yang hendak dibuktikan, yaitu hidup yang tunduk pada Kristus sebagai penurut-penurut Allah, sebagai mana Kristus didalam kesetiaanNya, mengambil rupa seorang hamba dan tunduk hingga mati di kayu salib. Ia menuruti apa yang menjadi Tugas dan PanggilanNya. Demikian juga jika kita adalah pengikut Kristus, maka kita harus dan selalu tunduk hanya kepada Kristus. 
Tentu untuk menjadi anak-anak yang kekasih, penurut-penurut Allah dibutuhkan kesadaran tentang Arti Kasih itu sendiri. Sebagaimana Kristus telah mengasihi kita dengan memberikan NyawaNya sendiri sebagai persembahan keselamatan.
Kasih adalah pondasi / dasar hidup Orang Kristen. Itu sebabnya Ayat 2 menegaskan untuk “Hiduplah dalam kasih”, kasih yang bagaimana? Kasih yang sempurna yang tidak mengharapkan balasan. Sukar? Ya, tetapi bukan tidak bisa, hanya perlu komitmen dan penyerahan diri kepada  Tuhan, kapan ?  setiap hari.
 Kasih itu adalah anugerah dan harus nyata dan dinyatakan, disaksikan dalam Hidup orang Kristen. Karena tanda pertama Hidup Anak Terang, ia memiliki Kasih yang bersumber dari Allah. Tentu ada banyak tantangan sebagai orang Kristen, sebagai anak terang.  Ayat 3-5 menegaskan Sebagai anak terang, kita harus menjaga perilaku dan tutur kata kita yang benar sebagai cerminan seorang Kristen.
Perilaku dan tutur kata menunjukkan siapa kita yang sebenarnya, sebab apapun yang kita lakukan dan kita katakan semuanya bersumber dari dalam hati kita. Apakah itu tulus atau pura-pura, semuanya nyata, bagaimanapun cara kita menutupi kepalsuan itu.
Kristen mengatur Etika Hidup yang tinggi. Itu sebabnya tidak ada tempat bagi orang Kristen yang sungguh-sungguh Pengikut Kritus untuk perbuatan “Percabulan dan rupa-rupa kecemaran atau keserakahan, kata kotor, kata yang sembrono”  karena ini adalah bagian dari kegelapan dunia, dan Tuhan membenci orang sundal (orang yang tidak menjaga kekudusan pernikahan) , orang cemar (orang yang tidak menjaga kekudusan hidup) atau orang serakah (orang yang mementingkan diri sendiri ,  dan ini sama artinya dengan  penyembah berhala, dan ini adalah kekejian bagi Tuhan dan tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Kristus.
Namun, masih banyak dijumpai orang Kristen asal berbicara, tidak perduli mendidik atau menyakiti, berkata kutuk, kata makian, berdusta, memfitnah mencemari kekudusan perkawinannya dengan perbuatan maksiat, yang menjadi bagian dari rupa-rupa kecemaran,seperti berjudi, mabuk-mabukan, dan mementingkan diri sendiri. Banyak orang Kristen menjadi Batu sandungan bagi orang yang ingin mengenal Kristus, karena apa? Perilaku dan Tutur kata yang tidak sesuai dengan Etika Hidup dan Moralitas Kristen.
Kristen Sejati tidak melakukan hal-hal yang telah disebutkan tadi, justru tutur kata yang selalu mengucap sukur dan memuliakan Tuhanlah yang keluar dari mulutnya dan perilaku yang beradab dan bermoral didalam Kristus. Berat? Ya, tetapi bukan tidak bisa, hanya perlu komitmen dan penyerahan diri kepada  Tuhan, kapan ?  setiap hari.
Lebih lanjut Paulus mengingatkan kita untuk tidak mudah disesatkan oleh kata-kata yang hampa dan menghindari mereka,  waspada kepada setiap pengajaran dan guru palsu (ayat 6-7). Apa yang dimaksud dengan perkataan hampa? Kata-kata yang tidak bermakna yang menyesatkan, dan anak terang tidak menjadi bagian dari kelompok ini.
Seperti seorang yang sedang jatuh cinta, mudah terbuai, terbius oleh rayuan manis, hanya untaian kata indah bak puisi yang romatis bisa membuat terlena didalam dunia khayal, dan menjadi lupa diri. Ini adalah contoh katakata hampa yang tidak bermakna.
Demikian hidup rohani. Ada banyak orang terpukau oleh retorika kotbah yang indah, berapi-api, jemaat tidak bisa membedakan Apakah Ia seorang pengkotbah, atau seorang motivator. Para guru Palsu itu mampu memilih dan memilah serta merangkai kata-kata dengan luar biasa, tapi sesungguhnya itu hanya retorika belaka. Yang berisi bujuk rayu persuasif semata, pandai memainkan karakter dan, emosional  jemaat atau argumen dalam pilihan kata-kata yang ampuh, tapi sangat jauh dari kebenaran sejati. Hanya Mengkotbahkan tetapi tidak menghidupi Firman yang disampaikan.  Memelintir Firman Tuhan untuk Kepentingannya.  Ingat bagaimana Tuhan Yesus mengecam Farisi
Dalam setiap pilihan yang diambil, pasti ada konsekwensinya. Ketika kita memutuskan menjadi Kristen yang Sejati/anak Terang, tentu harus bisa melupakan masa lalu yang Gelap. Ada banyak orang sangat susah meninggalkan dan selalu dibayangi keindahan dan kenikmatan dimasa lalu yang Gelap. Mengapa? Sebab di dalam terang semua menjadi nyata; jelas, sementara di dalam gelap, semua hitam, tertutup dan mungkin saja aman.

Dan inilah yang ditentang Paulus: “Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang (Efesus 5:8)”. Anak Terang Bukan sekadar identitas, tetapi sebuah perubahan dan konsekuensi dan petunjuk bagaimana hidup dalam terang.
Pertanyaannya kemudian, Hidup dalang terang itu seperti apa?
Hidup dalam Terang adalah Hidup yang berbuah yakni berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran (ayat 9). Tiga hal itu juga yang kemudian bisa dijadikan Alat  uji (ayat 10), apakah perbuatan dan hidup kita berkenan dihadapan Tuhan.  
Jika ada orang yang mengaku hidup dalam terang, tapi hidupnya tidak berbuahkan kebaikan? Maka patut diragukan. Jika ada orang mengaku hidup dalam terang, namun tidak melakukan keadilan dan kebenaran, maka sesungguhnya orang itu tidak sedang ada di dalam terang. Sebab orang yang dalam terang tidak akan menutupi kebenaran dan keadilan. Dan ia sesungguhnya sedang bersembunyi di dalam pengakuan diri bahwa dirinya adalah terang, padahal sebenarnya gelap. Casing Ganti, Isi Tetap
III. Refleksi
Orang Kristen/Anak Terang dipanggil untuk menjadi garam dan terang Dunia. Untuk menjadi contoh didalam Kebaikan, Kebenaran dan keadilan. Anak terang tidak akan pernah menyimpan Pelita untuk dirinya sendiri, tetapi rela menjadi Pelita bagi orang disekelilingnya. Ia menjadi Suluh di tengah kegelapan Dunia ini. Anak Terang hidupnya  didalam Kasih yang bersumber dari Allah, selalau tunduk kepada teladan Kristus dengan menjaga Perilaku dan Tutur kata yang Benar, dan mengucap syukur.
Oleh karena itu, Mari kita lihat diri dan bertanya kedalam diri kita masing-masing, Apakah Hidup kita sesuai dengan Hidupnya anak terang? Hidup Sebagai Anak Terang bukan  sekadar pengakuan; tapi sebuah uji diri. Jika Hidup sudah ada dalam terang, maka hidupnya mencari perkenanan Sang Terang, Tuhan sediri, dan bukan orang lain. Hidup dalam terang bukan untuk diterima orang; hidup terang bukan untuk dikagumi dan puji orang. Tapi hidup dalam terang adalah mencari perkenan Tuhan. Bukan orang.  Hidup Dalam Terang Harus dinyatakan. Amin
St. E. Marpaung