Minggu, 27 Oktober 2019

Alllah Mencintai kesucian hati (Amsal 22:8-12)

 

Alllah Mencintai kesucian hati

Amsal 22:8-12

 

Setiap orang menyenangi lingkungan yang bersih, bebas dari segala sampah dan kotoran. Suasana yang bersih membuat diri nyaman. Tidak demikian dengan lingkugan yang kotor, kumuh, bau yang busuk hanya akan membuat orang menjadi jijik dan sungkan untuk mendekatinya. Demikian juga perkataan dan tutur kata yang baik, dan kejujuran serta sopan akan menyenangkan setiap yang mendengarnya, namun perkataan yang kotor, penuh caci maki apalagi muslihat membuat orang menjauhi dan membenci.

Perkataan adalah bagian dari isi hati dan pikiran kita. Hati yang dimaksud disini bukanlah organ tubuh, tetapi kalbu, jiwa kita. Itu sebabnya ada istilah nggak punya hati yang berarti tega berbuat kejahatan kepada orang lain.

Hati / kalbu/ jiwa adalah bagian terdalam didalam diri kita. Jiwa kitalah yang membangun semangat kita. Jiwa kita digerakkan oleh Roh yang ada pada kita. Jadi jika roh kebaikan yaitu Roh Allah didalam roh kita, maka kebaikanlah yang muncul didalam jiwa sehingga semangat /spirit kebaikan yang nyata terlihat didalam perbuatan kita, termaauk perkataan.

Namun bila roh kejahatan yaitu Iblis, yang menguasai roh kita maka, jiwa kita pun dibangun oleh semangat untuk menghancurkan, sehingga perbuatan yang penuh rasa benci, kedengkian, kemunafikanlah yang nyata didalam terlihat.

Perbuatan adalah gambaran isi hati. Kristus adalah contoh. Allah adalah kasih. Oleh Hatinya yang penuh Kasih kepada manusia berdosa, sehingga IA memberikan Kristus, AnakNya, DiriNya sendiri, sebagai korban penghapus dosa untuk keselamatan manusia.

Bukan hanya Kasih yang menjadi sifat ALLAH, IA juga suci, kudus. Itulah sebabnya IA menghendaki, setiap anakanakNya mengikuti teladanNya untuk selalu menjaga kesucian dan kekudusan hidup.

Kesucian itu identik bebas dari segala kotoran, bersih, tak bernoda. Kudus adalah terpisah atau dipisahkan dari noda.

Jadi Kekudusan dan kesucian hidup itu adalah hidup yang terpisah dari segala kejahatan, dan menjauhi perbuatan tercela.

Bagaimana melakukannya? Jagalah hati Amsal 4 : 23 , “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.

Dalam perikop ini diperlihatkan Sifat dan Sikap atau gambaran dari Jiwa dan Perbuatan Orang yang menjaga hati dan yang tidak menjaga hati. Dengan kata lain, orang yang menjaga kesucian dan kekudusan hidup terlihat dari cara hidupnya, yang:

1. Kejujuran adalah hidupnya. (Ay. 8)

Sebaliknya kecurangan adalah kesukaan orang yang tidak menjaga kesucian hidup. Amarah yang meluapluap adalah kesehariannya. Ia hanya berfikir bagaimana memuaskan dirinya sendiri, apapun dilakukan yang penting keinginannya tercapai. Tidak penting apakah itu salah, beretika atau tidak. Baginya Keinginan dan Hawa Nafsu adalah tuannya. Namun ini ada batasnya, kecurangan dan amarahnya akan menghancurkan dan membinasakan dirinya sendiri. Prinsip tabur tuai. Jika kejahatan dan kecurangan yang ditabur, maka itupulah yang dituai. Jika kebaikan yang ditabur, kebaikan juga yang diterima. Tidak pada saat itu, ia bisa saja nanti atau dikemudian hari, jika bukan kita mungkin keturunan kita. Jadi sikap pertama dalam menjaga kesucian hati adalah Kejujuran.

2. Berbuat Kasih, Berdiakoni. (Ay 9)

Orang yang menjaga kesucian hati, memandang berkat yang ada padanya bukan hanya untuk dirinya. Ia menyadari bahwa apa yang dimilikinya adalah pemberian Allah semata, dan digunakan bagi pekerjaan Allah dimana ia hidup. Oleh karena itu baginya memberi atau berbagi berkat adalah sukacita. Sekecil apapun itu. Berkat yang kita terima bukan hanya harta benda atau kekayaan, namun lebih luas lagi, bahwa nafas hidup, keluarga, sahabat, pekerjaan, talenta, pemikiran, ide, bakat, pengetahuan, waktu itu adalah berkat dan anugerah Tuhan yang harus kita gunakan untuk menolong sesama demi kemuliaan Tuhan.

3. Menjaga Tutur Kata. (Ay 10)

Orang yang menjaga kesucian hati, menjaga perkataannya. Ia memahami bahwa perkataan itu dapat membangun, menghibur, memberi sukacita dan semangat, namun perkataan dapat menghancurkan, menimbulkan perpecahan, perselisihan bahkan perang. Dari perkataanlah kita memberkati, dari perkataanlah kita juga memaki dan menghakimi. Dengan ludah kita memuji Tuhan, namun dengan lidah juga kita mengutuk ciptaan Tuhan. (Yak. 3:1-12). Itu sebabnya kita perlu mengekang lidah dan perkataan. Sebab lidah dan perkataan itu adalah madu dan sekaligus menjadi racun yang mematikan jika tidak dapat dikuasai.

4. Membawa suka cita dan kedamaian (Ay.11)

Dari perkataan benar, jujur, memberkati dan lidah yang membangun semangat, memberi penghiburan serta menguatkan, tentu membawa sukacita dan kedamaian. Ia dicintai oleh siapa saja, karena perkataan yang penuh hikmat dan kelemahlembutan.

5. Tidak berkhianat (ay.12)

Tuhan adalah sumber pengetahuan dan hikmat dan IA menjaga dan memelihara. Orang yang menjaga kesucian hati, dipelihara dan dijaga oleh Tuhan termasuk hikmat dan pengetahuan yang ada padanya. Ia memiliki jiwa atau semangat untuk terus belajar mengerti dan memahami Kehendak Tuhan dalam hidupnya. Tetapi tidak demikian dengan penghianat. Seorang penghianat tidak memiliki dan mencintai kesucian hati.

Baginya pengetahuan dan hikmat yang diberikan Allah digunakan sebagai kamuflase, untuk menutupi perbuatan jahat yang hanya ingin memuaskan hawa nafsunya. Ia memakai Hikmat itu untuk berbuat kecurangan, membuat perselisihan, dan Allah membenci hati yang berhianat.

Allah adalah suci, kudus. Itulah sebabnya ia menghendaki setiap orang yang telah ditebusnya untuk senantiasa menjaga hidupnya didalam kekudusan dan kesucian hidup.

Mari kita jauhi sikap hidup yang penuh kecurangan, menjadi pencemooh, yang suka membuat keributan, perselisihan, perkelahian, mencaci maki, dan berkhianat, tetapi hendaklah kita hidup didalam aikap kejujuran, yang menjaga perkataan, membangun kedamaian dan suka cita serta menjadi berkat oleh karena kemurahan hati kita.

Menjaga hati adalah kuncinya. Menjalani hidup dimulai dari hati. Sebab Dari hatilah tampak seperti apa hidup kita yang sesungguhnya. Sebab Allah mencintai Orang Yang Menjaga Kesucian dan Kekudusan Hidup. Amin