Alllah Mencintai kesucian hati
Amsal 22:8-12
Setiap orang menyenangi lingkungan yang bersih, bebas dari segala sampah dan kotoran. Suasana yang bersih membuat diri nyaman. Tidak demikian dengan lingkugan yang kotor, kumuh, bau yang busuk hanya akan membuat orang menjadi jijik dan sungkan untuk mendekatinya. Demikian juga perkataan dan tutur kata yang baik, dan kejujuran serta sopan akan menyenangkan setiap yang mendengarnya, namun perkataan yang kotor, penuh caci maki apalagi muslihat membuat orang menjauhi dan membenci.
Perkataan adalah bagian dari isi hati dan pikiran kita. Hati yang dimaksud disini bukanlah organ tubuh, tetapi kalbu, jiwa kita. Itu sebabnya ada istilah nggak punya hati yang berarti tega berbuat kejahatan kepada orang lain.
Hati /
kalbu/ jiwa adalah bagian terdalam didalam diri kita. Jiwa kitalah yang
membangun semangat kita. Jiwa kita digerakkan oleh Roh yang ada pada kita. Jadi
jika roh kebaikan yaitu Roh Allah didalam roh kita, maka kebaikanlah yang
muncul didalam jiwa sehingga semangat /spirit kebaikan yang nyata terlihat
didalam perbuatan kita, termaauk perkataan.
Namun bila
roh kejahatan yaitu Iblis, yang menguasai roh kita maka, jiwa kita pun dibangun
oleh semangat untuk menghancurkan, sehingga perbuatan yang penuh rasa benci,
kedengkian, kemunafikanlah yang nyata didalam terlihat.
Perbuatan
adalah gambaran isi hati. Kristus adalah contoh. Allah adalah kasih. Oleh
Hatinya yang penuh Kasih kepada manusia berdosa, sehingga IA memberikan
Kristus, AnakNya, DiriNya sendiri, sebagai korban penghapus dosa untuk
keselamatan manusia.
Bukan hanya
Kasih yang menjadi sifat ALLAH, IA juga suci, kudus. Itulah sebabnya IA
menghendaki, setiap anakanakNya mengikuti teladanNya untuk selalu menjaga
kesucian dan kekudusan hidup.
Kesucian itu
identik bebas dari segala kotoran, bersih, tak bernoda. Kudus adalah terpisah
atau dipisahkan dari noda.
Jadi
Kekudusan dan kesucian hidup itu adalah hidup yang terpisah dari segala
kejahatan, dan menjauhi perbuatan tercela.
Bagaimana
melakukannya? Jagalah hati Amsal 4 : 23 , “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah
terpancar kehidupan.”
Dalam
perikop ini diperlihatkan Sifat dan Sikap atau gambaran dari Jiwa dan Perbuatan
Orang yang menjaga hati dan yang tidak menjaga hati. Dengan kata lain, orang
yang menjaga kesucian dan kekudusan hidup terlihat dari cara hidupnya, yang:
1. Kejujuran adalah hidupnya. (Ay. 8)
Sebaliknya
kecurangan adalah kesukaan orang yang tidak menjaga kesucian hidup. Amarah yang
meluapluap adalah kesehariannya. Ia hanya berfikir bagaimana memuaskan dirinya
sendiri, apapun dilakukan yang penting keinginannya tercapai. Tidak penting
apakah itu salah, beretika atau tidak. Baginya Keinginan dan Hawa Nafsu adalah
tuannya. Namun ini ada batasnya, kecurangan dan amarahnya akan menghancurkan
dan membinasakan dirinya sendiri. Prinsip tabur tuai. Jika kejahatan dan
kecurangan yang ditabur, maka itupulah yang dituai. Jika kebaikan yang ditabur,
kebaikan juga yang diterima. Tidak pada saat itu, ia bisa saja nanti atau
dikemudian hari, jika bukan kita mungkin keturunan kita. Jadi sikap pertama
dalam menjaga kesucian hati adalah Kejujuran.
2. Berbuat Kasih, Berdiakoni. (Ay 9)
Orang yang
menjaga kesucian hati, memandang berkat yang ada padanya bukan hanya untuk
dirinya. Ia menyadari bahwa apa yang dimilikinya adalah pemberian Allah semata,
dan digunakan bagi pekerjaan Allah dimana ia hidup. Oleh karena itu baginya
memberi atau berbagi berkat adalah sukacita. Sekecil apapun itu. Berkat yang
kita terima bukan hanya harta benda atau kekayaan, namun lebih luas lagi, bahwa
nafas hidup, keluarga, sahabat, pekerjaan, talenta, pemikiran, ide, bakat,
pengetahuan, waktu itu adalah berkat dan anugerah Tuhan yang harus kita gunakan
untuk menolong sesama demi kemuliaan Tuhan.
3. Menjaga Tutur Kata. (Ay 10)
Orang yang
menjaga kesucian hati, menjaga perkataannya. Ia memahami bahwa perkataan itu
dapat membangun, menghibur, memberi sukacita dan semangat, namun perkataan
dapat menghancurkan, menimbulkan perpecahan, perselisihan bahkan perang. Dari
perkataanlah kita memberkati, dari perkataanlah kita juga memaki dan
menghakimi. Dengan ludah kita memuji Tuhan, namun dengan lidah juga kita
mengutuk ciptaan Tuhan. (Yak. 3:1-12). Itu sebabnya kita perlu mengekang lidah
dan perkataan. Sebab lidah dan perkataan itu adalah madu dan sekaligus menjadi
racun yang mematikan jika tidak dapat dikuasai.
4. Membawa suka cita dan kedamaian (Ay.11)
Dari
perkataan benar, jujur, memberkati dan lidah yang membangun semangat, memberi
penghiburan serta menguatkan, tentu membawa sukacita dan kedamaian. Ia dicintai
oleh siapa saja, karena perkataan yang penuh hikmat dan kelemahlembutan.
5. Tidak berkhianat (ay.12)
Tuhan adalah
sumber pengetahuan dan hikmat dan IA menjaga dan memelihara. Orang yang menjaga
kesucian hati, dipelihara dan dijaga oleh Tuhan termasuk hikmat dan pengetahuan
yang ada padanya. Ia memiliki jiwa atau semangat untuk terus belajar mengerti
dan memahami Kehendak Tuhan dalam hidupnya. Tetapi tidak demikian dengan
penghianat. Seorang penghianat tidak memiliki dan mencintai kesucian hati.
Baginya
pengetahuan dan hikmat yang diberikan Allah digunakan sebagai kamuflase, untuk
menutupi perbuatan jahat yang hanya ingin memuaskan hawa nafsunya. Ia memakai
Hikmat itu untuk berbuat kecurangan, membuat perselisihan, dan Allah membenci
hati yang berhianat.
Allah adalah
suci, kudus. Itulah sebabnya ia menghendaki setiap orang yang telah ditebusnya
untuk senantiasa menjaga hidupnya didalam kekudusan dan kesucian hidup.
Mari kita
jauhi sikap hidup yang penuh kecurangan, menjadi pencemooh, yang suka membuat
keributan, perselisihan, perkelahian, mencaci maki, dan berkhianat, tetapi
hendaklah kita hidup didalam aikap kejujuran, yang menjaga perkataan, membangun
kedamaian dan suka cita serta menjadi berkat oleh karena kemurahan hati kita.
Menjaga hati adalah kuncinya. Menjalani hidup dimulai dari hati. Sebab Dari hatilah tampak seperti apa hidup kita yang sesungguhnya. Sebab Allah mencintai Orang Yang Menjaga Kesucian dan Kekudusan Hidup. Amin