Sabtu, 29 Juni 2019

Berdua lebih baik dari pada seorang diri (Pengkotbah 4:9)

                 Renungan Acara Pesekutuan Umat Kristen Griya Utama Sari

Pengkotbah 4:9

“Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka.

 

---Perekenalan diri “ Tidak kenal Maka Berkanalan, Setelah kenal akan ada komunikasi untuk saling mengenal dan melahirkan sebuah relasi yang baik---

Ilustrasi: 

Seorang pemuda mendapat pekerjaan untuk memanen sawit seorang petani yang luasnya kurang lebih sekitar 4 Ha. Hanya karena tergiur oleh upah yang besar dan tidak mau berbagi, ia mengerjakannya sendiri.  Sang pemilik memberi perintah bahwa setiap buah yang dipanen harus dikumpulkan ditempat penampungan, dan setiap pelepah yang dipotong harus disusun dengan baik. Sang pemilik kemudian bertanya, dimana temannya, namun dengan enteng ia menjawab “Ah, kalau masih seperti ini, aku sendiripun bisa, pak”.

Mula-mula ia bersemangat untuk mengerjakannya, namun kemudian ia merasa kecapaian dan kelelahan. Dan kemudian ia menyesali diri mengapa ia tidak mau mengajak temannya yang lain, Ketika sang pemilik kebun datang untuk menjemput hasil panen, ternyata apa yang telah ditargetkan oleh pemilik kebun itu tidak tercapai, sehingga ia pun dimarahi dan disuruh mencari temannya untuk menyelesaikan pekerjaan itu.

Kita pun sering menjumpai orang-orang yang memiliki sifat seperti ini, ataupun terkadang tanpa sadar kita juga sering melakukannya. Memang nas ini lebih sering diaplikasikan kepada orang yang baru membentuk sebuah rumah tangga, atau menikah. Namun pada intinya ayat ini memiliki arti yang lebih luas, bukan saja mengenai pernikahan, tetapi juga mengenai bagaimana membangun relasi yang baik secara pribadi suami dan istri, orang per orang antar keluarga besar, dan antar keluarga dalam satu lingkungan yang lebih luas. Membangun komunitas, seperti yang kita lakukan saat ini.

Kita boleh bersyukur, kalau komunitas Kristen Griya Utama Sari ini, sangat perduli dengan nilai kebersamaan. Secara Khusus didedikasikan kepada Amang Manurung, yang merayakan ulang Tahunnya yang ke 66, sekalugus ultah pernikahan ke 44 dan juga bagi warga di Griya Utama sari ini. Luar biasa. Patut jadi teladan, ketika latar belakang bukan menjadi sebuah halangan untuk membangun relasi didalam komunitas untuk saling menghidupkan dan membangun  satu sama lain. Membangun kebersamaan dalam usaha memperkokoh ikatan kekeluargaan Kristen.

Sementara diluar sana, baik kumpulan maupun serikat marga, STM banyak yang bubar, mencari jalannya masing masing, karena tidak ada lagi persesuaian, hanya mengandalkan sifat KE-AKU-AN, Kalau Bukan AKU, kalau bukan Karena aku...”, sehingga dengan mudahnya terjadi perpecahan padahal Paguyuban/Punguan/Serikat itu dengan susah payah dibangun.

Semenjak awal penciptaan Tuhan berfirman, “Kej 2:18 TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.".

Jelas ditegaskan menegaskan bahwa manusia itu tidak bisa hidup sendiri, ia membutuhkan orang lain. Itulah sebabnya manusia disebut juga sebagai mahluk sosial.  Apakah hidup sendiri atau hanya dengan diri sendiri itu tidak baik?, jika kita baca ayat 8 “dikatakan bahwa kesendirian adalah kesiasiaan”.  Meskipun pada zaman ini ada banyak orang yang lebih suka menyendiri yang dilakukan Tanpa sadar. Manusia modern cenderung menjadi individualistik, dan asyik dengan dunianya sendiri. Sehingga rasa dan nilai kebersamaan  itu semakin hari semakin luntur.

Jika dulu, kita boleh saling mengenal dari awal gang/jalan sampai ujung jalan. Tetapi sekarang bertetangga pun belum tentu saling kenal. Terlebih Ditengah kemajuan informasi, saat ini orang-orang berinteraksi melalui media sosial apapun itu namanya (FB,IG,WA,LINE,), ia bisa saja memiliki ratusan bahkan ribuan teman, atau pengikut, yang setiap saat bisa memberi komentar atas apa yang dia posting dimedia sosialnya, namun belum tentu pernah berinteraksi secara langsung.

Sebuah Penelinitan Digital FK Asia tahun 2018, dikatakan bahwa Perempuan Indonesia menghabiskan 5,5 jam perhari didepan gadget dan 5,4 jam perhari. Hampir 25% dari hari kita yang 24 jam, saat ini dipakai hanya untuk mengutak atik gadget.  Asik dengan diri sendiri.  Inilah yang mau diingatkan oleh Pengkotbah kepada Kita, “ Berdua lebih baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka “.

 “Menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka...”, Arti upah yang baik,

1. Bukan tentang materi yang diperoleh  tetapi lebih dari itu bahwa hidup dan keberadaan kita memberi arti, guna, manfaat bagi orang lain. Kita menjadi berkat bagi sesama. Ayat 10 dikatakan bahwa kehadiran kita dapat menjadi penolong dikala orang didalam kesusahaan, bandingkan bila kita hanya hidup sendiri, siapa yang akan menolong kita jika kita tidak pernah perduli kepada orang lain dan sibuk dengan diri kita sendiri.

2. Ada kehangatan, (ayat 11). Relasi yang baik didalam komunikasi yang baik akan menghidupkan dan memberi kehangatan. Memberi kenyamanan dan rasa saling membutuhkan sehingga apa yang menjadi pengharapan dan cita cita dapat diwujudkan.

3. Menjadi kuat. (ayat 12).  1 batang lidi mudah dipatahkan, tetapi ketika lidi menjadi sapu lidi, sangatlah susah untuk dipatahkan. Demikian kesatuan didalam relasi hubungan yang baik didalam keluarga maupun komunitas, akan saling menguatkan dan saling mengigatkan demi terwujudnya apa yang dicita-citakan. Ada rasa saling pengertian, satu rasa, satu tujuan membuat kita semakin kuat meskipun ada banyak masalah, pergumulan didalam hidup, namun dengan kebersamaan dan kerja bersama kita akan saling menguatkan dan saling menopang.

Bahwa didalam Hidup ini perlu berinteraksi, bersosialisasi.  Artinya bahwa kita hidup bukan hanya untuk diri kita sendiri. Bagaimana mengasah rasa keperdulian dan empati kita terhadap sesama. Pepatah Batak mengatakan “Jonok Partubu, jonohan do parhundul” ‘(Teman semarga itu dekat, tetapi yang lebih dekat itu adalah tetangga). Atau pepatah jawa “mangan ora mangan sing penting ngumpul”, yang berarti tetap teguh kepada persatuan dan kepentingan bersama. Atau dalam Manggarai – Flores “ Nai Ca Anggit, Tuka Ca Leleng (Seia sekata, demi kesatuan aksi).

Bukan hal yang mudah menyatukan 2 pribadi yang berbeda secara budaya, tingkat sosial, pemikiran. Oleh karena masing-masing kita akan diperhadapkan dengan Ego pribadi (masing-masing kita sudah belajar dari pasangan kita dan telah mengerti cara menyelesaikannya),

Tetapi kita boleh bersyukur bahwa didalam iman kita Kepada Kristus, sesungguhnya kita sudah melihat dan merasakan apa yang telah Tuhan lakukan dalam hidup kita.

Dalam membangun relasi yang baik didalam sebuah keluarga maupun komunitas diperlukan  sikap:

1. Mengalahkan ego diri atau menyangkal diri. Sebagaimana Kristus telah datang ke Dunia dengan mengosongkan diri dan mengambil rupa hamba dan menjadi manusia. Demikian juga didalam relasi bahwa  perlu kerendahan hati.  Bahwa apapun yang ada pada diri kita adalah semata-mata anugerah Tuhan, tidak ada gunanya kita untuk menjadi angkuh atau sombong.

2. Menerima kekurangan dan kelemahan orang lain.  Masing-masing kita dinaugerahkan berbagai kelebihan dan kekurangan. Hal terberat adalah menerima kelemahan atau kekurang orang lain. Dan membangun sebuah relasi yang baik kita harus bisa menerima itu.  Firman Tuhan “Matius  7:12 "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka.”

Jika kita menghendaki orang lain mau memahami dan mengerti kelemahan kita maka kita juga harus bersedia menerima kelemahannya.  Sebagaimana Kristus menerima, menyambut dan menyelamatkan kita didalam kelemahan dan keberdosaan kita. Dalam hal menerima kekurangan berarti kita dapat menghargai dan saling menghormati.

3. Mau berbagi atau berkorban. Seperti Kristus yang rela mengorbankan diriNya sebagai korban pendamaian antara Allah dan manusia dan menyelamatkan orang percaya. Demikian juga didalam keluarga dan komunitas kita perlu berbagi dan berkorban. Waktu, pemikiran, tenaga dan materi yang ada pada kita  adalah berkat Tuhan dan Tuhan menghendaki kita juga menjadi berkat bagi orang disekeliling kita. karena ini adalah bagian dari kesaksian Iman Kita kepada Kristus.

Untuk dapat melakukan itu semua, dasarnya adalah KASIH. Seperti Kristus telah mengangkat kita dari seorang hamba menjadi seorang Sahabat (Yoh 15:15), demikian hidup didalam kebersamaan yang didasari oleh Kasih Kristus itu membangun dan memperkokoh relasi dan hubungan yang baik dikeluarga dan komunitas kita. Amin

Pnt. E. Marpaung