Renungan Acara Pesekutuan Umat Kristen Griya Utama Sari
Pengkotbah 4:9
“Berdua lebih baik dari pada seorang diri,
karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih payah mereka.
---Perekenalan
diri “ Tidak kenal Maka Berkanalan, Setelah kenal akan ada komunikasi untuk
saling mengenal dan melahirkan sebuah relasi yang baik---
Ilustrasi:
Seorang pemuda mendapat pekerjaan
untuk memanen sawit seorang petani yang luasnya kurang lebih sekitar 4 Ha.
Hanya karena tergiur oleh upah yang besar dan tidak mau berbagi, ia
mengerjakannya sendiri. Sang pemilik
memberi perintah bahwa setiap buah yang dipanen harus dikumpulkan ditempat
penampungan, dan setiap pelepah yang dipotong harus disusun dengan baik. Sang
pemilik kemudian bertanya, dimana temannya, namun dengan enteng ia menjawab
“Ah, kalau masih seperti ini, aku sendiripun bisa, pak”.
Mula-mula ia bersemangat untuk mengerjakannya, namun kemudian ia merasa kecapaian dan kelelahan. Dan kemudian ia menyesali diri mengapa ia tidak mau mengajak temannya yang lain, Ketika sang pemilik kebun datang untuk menjemput hasil panen, ternyata apa yang telah ditargetkan oleh pemilik kebun itu tidak tercapai, sehingga ia pun dimarahi dan disuruh mencari temannya untuk menyelesaikan pekerjaan itu.
Kita pun sering menjumpai orang-orang yang memiliki sifat seperti
ini, ataupun terkadang tanpa sadar kita juga sering melakukannya. Memang nas
ini lebih sering diaplikasikan kepada orang yang baru membentuk sebuah rumah
tangga, atau menikah. Namun pada intinya ayat ini memiliki arti yang lebih
luas, bukan saja mengenai pernikahan, tetapi juga mengenai bagaimana membangun
relasi yang baik secara pribadi suami dan istri, orang per orang antar keluarga
besar, dan antar keluarga dalam satu lingkungan yang lebih luas. Membangun
komunitas, seperti yang kita lakukan saat ini.
Kita boleh bersyukur, kalau komunitas Kristen Griya Utama Sari
ini, sangat perduli dengan nilai kebersamaan. Secara Khusus didedikasikan
kepada Amang Manurung, yang merayakan ulang Tahunnya yang ke 66, sekalugus
ultah pernikahan ke 44 dan juga bagi warga di Griya Utama sari ini. Luar biasa.
Patut jadi teladan, ketika latar belakang bukan menjadi sebuah halangan untuk
membangun relasi didalam komunitas untuk saling menghidupkan dan membangun satu sama lain. Membangun kebersamaan dalam
usaha memperkokoh ikatan kekeluargaan Kristen.
Sementara diluar sana, baik kumpulan maupun serikat marga, STM
banyak yang bubar, mencari jalannya masing masing, karena tidak ada lagi
persesuaian, hanya mengandalkan sifat KE-AKU-AN, Kalau Bukan AKU, kalau bukan
Karena aku...”, sehingga dengan mudahnya terjadi perpecahan padahal
Paguyuban/Punguan/Serikat itu dengan susah payah dibangun.
Semenjak awal penciptaan Tuhan berfirman, “Kej 2:18 TUHAN Allah
berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan
menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.".
Jelas ditegaskan menegaskan bahwa manusia itu tidak bisa hidup
sendiri, ia membutuhkan orang lain. Itulah sebabnya manusia disebut juga
sebagai mahluk sosial. Apakah hidup
sendiri atau hanya dengan diri sendiri itu tidak baik?, jika kita baca ayat 8 “dikatakan bahwa kesendirian adalah
kesiasiaan”. Meskipun pada zaman ini
ada banyak orang yang lebih suka menyendiri yang dilakukan Tanpa sadar. Manusia
modern cenderung menjadi individualistik, dan asyik dengan dunianya sendiri.
Sehingga rasa dan nilai kebersamaan itu
semakin hari semakin luntur.
Jika dulu, kita boleh saling mengenal dari awal gang/jalan sampai
ujung jalan. Tetapi sekarang bertetangga pun belum tentu saling kenal. Terlebih
Ditengah kemajuan informasi, saat ini orang-orang berinteraksi melalui media
sosial apapun itu namanya (FB,IG,WA,LINE,), ia bisa saja memiliki ratusan
bahkan ribuan teman, atau pengikut, yang setiap saat bisa memberi komentar atas
apa yang dia posting dimedia sosialnya, namun belum tentu pernah berinteraksi
secara langsung.
Sebuah Penelinitan Digital FK Asia tahun 2018, dikatakan bahwa
Perempuan Indonesia menghabiskan 5,5 jam perhari didepan gadget dan 5,4 jam
perhari. Hampir 25% dari hari kita yang 24 jam, saat ini dipakai hanya untuk
mengutak atik gadget. Asik dengan diri
sendiri. Inilah yang mau diingatkan oleh Pengkotbah kepada Kita, “ Berdua lebih
baik dari pada seorang diri, karena mereka menerima upah yang baik dalam jerih
payah mereka “.
1. Bukan tentang
materi yang diperoleh tetapi lebih dari itu bahwa hidup dan keberadaan kita memberi arti,
guna, manfaat bagi orang lain. Kita menjadi berkat bagi sesama. Ayat 10 dikatakan bahwa kehadiran kita
dapat menjadi penolong dikala orang didalam kesusahaan, bandingkan bila kita
hanya hidup sendiri, siapa yang akan menolong kita jika kita tidak pernah
perduli kepada orang lain dan sibuk dengan diri kita sendiri.
2. Ada
kehangatan, (ayat 11). Relasi yang baik didalam komunikasi
yang baik akan menghidupkan dan memberi kehangatan. Memberi kenyamanan dan rasa
saling membutuhkan sehingga apa yang menjadi pengharapan dan cita cita dapat
diwujudkan.
3. Menjadi
kuat. (ayat 12). 1 batang lidi mudah
dipatahkan, tetapi ketika lidi menjadi sapu lidi, sangatlah
susah untuk dipatahkan. Demikian kesatuan didalam relasi hubungan yang baik
didalam keluarga maupun komunitas, akan saling menguatkan dan saling mengigatkan
demi terwujudnya apa yang dicita-citakan. Ada rasa saling pengertian, satu
rasa, satu tujuan membuat kita semakin kuat meskipun ada banyak masalah,
pergumulan didalam hidup, namun dengan kebersamaan dan kerja bersama kita akan
saling menguatkan dan saling menopang.
Bahwa didalam Hidup ini perlu
berinteraksi, bersosialisasi. Artinya
bahwa kita hidup bukan hanya untuk diri kita sendiri. Bagaimana mengasah rasa
keperdulian dan empati kita terhadap sesama. Pepatah Batak mengatakan “Jonok
Partubu, jonohan do parhundul” ‘(Teman semarga itu dekat, tetapi yang lebih
dekat itu adalah tetangga). Atau pepatah jawa “mangan ora mangan sing penting ngumpul”, yang berarti tetap teguh
kepada persatuan dan kepentingan bersama. Atau dalam Manggarai – Flores “ Nai Ca Anggit, Tuka Ca Leleng (Seia sekata, demi
kesatuan aksi).
Bukan hal yang mudah menyatukan 2 pribadi yang berbeda secara
budaya, tingkat sosial, pemikiran. Oleh karena masing-masing kita akan
diperhadapkan dengan Ego pribadi (masing-masing
kita sudah belajar dari pasangan kita dan telah mengerti cara
menyelesaikannya),
Tetapi kita boleh bersyukur bahwa
didalam iman kita Kepada Kristus, sesungguhnya kita sudah melihat dan merasakan
apa yang telah Tuhan lakukan dalam hidup kita.
Dalam membangun relasi yang baik didalam sebuah keluarga maupun
komunitas diperlukan sikap:
1.
Mengalahkan ego diri atau menyangkal diri. Sebagaimana Kristus
telah datang
ke Dunia dengan mengosongkan diri dan mengambil rupa hamba dan menjadi manusia.
Demikian juga didalam relasi bahwa perlu
kerendahan hati. Bahwa apapun yang ada
pada diri kita adalah semata-mata anugerah Tuhan, tidak ada gunanya kita untuk
menjadi angkuh atau sombong.
2. Menerima
kekurangan dan kelemahan orang lain. Masing-masing kita
dinaugerahkan berbagai kelebihan dan kekurangan. Hal terberat adalah menerima
kelemahan atau kekurang orang lain. Dan membangun sebuah relasi yang baik kita
harus bisa menerima itu. Firman Tuhan “Matius 7:12 "Segala sesuatu yang kamu kehendaki
supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka.”
Jika kita menghendaki orang lain
mau memahami dan mengerti kelemahan kita maka kita juga harus bersedia menerima
kelemahannya. Sebagaimana Kristus
menerima, menyambut dan menyelamatkan kita didalam kelemahan dan keberdosaan
kita. Dalam hal menerima kekurangan berarti kita dapat menghargai dan saling
menghormati.
3. Mau
berbagi atau berkorban. Seperti Kristus yang rela mengorbankan diriNya sebagai korban pendamaian antara Allah dan
manusia dan menyelamatkan orang percaya. Demikian juga didalam keluarga dan
komunitas kita perlu berbagi dan berkorban. Waktu, pemikiran, tenaga dan materi yang ada pada kita adalah berkat Tuhan dan Tuhan menghendaki kita juga menjadi berkat
bagi orang disekeliling kita. karena ini adalah bagian dari kesaksian Iman Kita
kepada Kristus.
Untuk dapat melakukan itu semua,
dasarnya adalah KASIH. Seperti
Kristus telah mengangkat kita dari seorang hamba menjadi seorang Sahabat (Yoh
15:15), demikian hidup didalam kebersamaan yang didasari oleh Kasih Kristus itu
membangun dan memperkokoh relasi dan hubungan yang baik dikeluarga dan
komunitas kita. Amin
Pnt. E. Marpaung