Selasa, 18 April 2017

Mengucap syukur dan bersukacita oleh karena Kasih Allah

Bacaan : Mazmur 118:1-2+14-24
118:1 Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.

118:2 Biarlah Israel berkata: "Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya!"
118:14 TUHAN itu kekuatanku dan mazmurku; Ia telah menjadi keselamatanku.
118:15 Suara sorak-sorai dan kemenangan di kemah orang-orang benar: "Tangan kanan TUHAN melakukan keperkasaan,
118:16 tangan kanan TUHAN berkuasa meninggikan, tangan kanan TUHAN melakukan keperkasaan!"
118:17 Aku tidak akan mati, tetapi hidup, dan aku akan menceritakan perbuatan-perbuatan TUHAN.
118:18 TUHAN telah menghajar aku dengan keras, tetapi Ia tidak menyerahkan aku kepada maut.
118:19 Bukakanlah aku pintu gerbang kebenaran, aku hendak masuk ke dalamnya, hendak mengucap syukur kepada TUHAN.
118:20 Inilah pintu gerbang TUHAN, orang-orang benar akan masuk ke dalamnya.
118:21 Aku bersyukur kepada-Mu, sebab Engkau telah menjawab aku dan telah menjadi keselamatanku.
118:22 Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru.
118:23 Hal itu terjadi dari pihak TUHAN, suatu perbuatan ajaib di mata kita.
118:24 Inilah hari yang dijadikan TUHAN, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya

=======================================================================
Ada banyak hal yang bisa membuat orang untuk mengucap syukur. Misalnya dapt rezeki, naik pangkat, berulang tahun, dapat proyek dan lain sebagainya. Adalah wajar jika kondisi sedemikian membuat kita menjadi bersuka cita dan bersyukur, walau terkadang ada juga yang lupa, bahkan oleh karena luapan kegembiraan mengadakan pesta yang berlebihan dan hura-hura. Lalu bagaimana jika mengalami penderitaan, kedukaaan, dan semua hal yang menyakitkan, masih mampukah kita mengucap syukur?. Sulit untuk menjawabya.

Ketika aku masih berumur 5 tahun, aku melihat ibuku yang sedang sakit. Aku sangat kawatir. Bapakku seorang pekerja mandah, yang hanya pulang 15 hari sekali. Aku anak tertua, Adik-adikku ada 3 orang. Hampir setiap malam aku mendengar rintihan ibuku menahan sakitnya. Aku bahkan meminta ibuku untuk tidak mengunci pintu kamar tidurnya pada waktu malam, karena kalau ibuku sakit aku tidak pernah bisa tidur, aku terbayang bagaimana kami akan hidup jika ternyata tiba-tiba ibuku meninggal. Bahkan pernah aku bermimpi kalau ibuku sudah meninggal. Terlalu kecil bagi kami menjadi piatu. Aku hanya berdoa, kepada Tuhan agar ibuku diberi umur panjang. Hampir 27 tahun lamanya ibuku hidup dengan menkonsumsi obat, bahkan sampai akhir hanyatnya. Ia meninggal tahun 2009, karena serangan stroke. Ibuku sendiri terlahir bukan dari keluarga yang mengenal Kristus, tetapi setelah menikah dengan Bapakku, ia setia untuk mengikut Kristus. Selalu memimpin dan mengajari kami berdoa, Ia selalu mengingatkan kami untuk tidak lupa bersyukur, seberapa besar pun yang diperoleh dan apapun yang dihadapi. Ia berkata kepada teman-temanya, hanya kuasa Tuhanlah yang membuat dirinya mampu bertahan walaupun selalu mengkonsumsi obat. pernah suatu ketika ia diberi obat untuk 1 bulan oleh dokter yang dikonsumsi sesuai hari. Ia bahkan sering mengeluh kalau pendengarannya sering terganggu, terasa penuh. Ketika akan meninggal, kami semua berada diruang ICU, setelah selesai mengadakan perjamuan kudus, aku melihat adikku yang bungsu masih belum bisa menerima kenyataan jika ibuku meninggal. Lalu aku berbisik kepadanya agar ia merelakan kepergiannya, jika itu yang terbaik bagi hidupnya. sudah cukup lama ia menderita. Setelah adikku bisa mengerti dan menerima, ia lalu berbisik ketelinga ibu dan mengatakan bahwa ia iklas jika ibu harus pergi untuk selama-lamanya. Selang 15 menit kemudian, ibu pun menghembuskan nafasnya didepan semua anak dan menantunya dan meninggal dunia.  Bukan kedukaan itu yang disyukuri karena tidak ada satu orangpun yang mau mengalami penderitaan. Tetapi hikmah dan pelajaran hidup yang dicontohkan ibuku bahwa didalam kesusahannya ia masih sempat untuk mengajari kami berdoa dan memberi petuah yang baik dan bijaksana. Inilah pelajaran berharga yang patut disyukuri. Dibalik semua duka ada penghiburan- (Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.-Mat 5:4).

Kisah diatas mengajak kita untuk selalu mengingat kebaikan Tuhan. Kita diberi nafas kehidupan, menikmati sinar matahari, menikmati indahnya malam, memberi kita rezeki setiap hari.  Roda kehidupan terus berputar, sakit dan sehat silih berganti, duka dan suka juga demikian. Tetapi kita masih bisa bernafas, dan melihat semua yang kita alami terjadi dan melampuainya. Apakah tidak sepantasnya setiap saat kita bersyukur?. Didalam kesulitan Dia beri kita kekuatan dan jalan keluar, didalam duka Dia beri kita penghiburan melalui orang-orang yang mengasihi kita. Tetapi mengapa kita masih saja mengeluh jika kesukaran datang menghampiri? bahkan bersungut-sungut dan meragukan Dia. Padahal kita dipanggil, diangkat dan dilayakkanNya untuk menjadi anak-anakNya. Ia menyerhakan nyawanya sebagai tebus dosa kita, agar kita tidak binasa.  Ia memberikan kita hak waris dan mahkota kehidupan diKerajaanNya, mengapa kita masih  ragu? mengapa kita masih mau berpaling kepada hal-hal duniawi. Seolah-olah menganggap Tuhan tidak bisa berbuat apa-apa atas kesulitan kita. Padahal Ia berfirman "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.- Mat 11;28". 

Marilah kita, mengingat kebaikan dan kemurahan Tuhan didalam setiap aspek kehidupan, selagi kita diberi nafas, jangan pernah kita berhenti untuk mengamalkan firman Tuhan. Hidup kita adalah pemberian dan anugerah serta kasih Allah semata. Tanpa Dia kita tidak bisa berbuat apa-apa. Ia telah bangkit, maut tidak berkuasa atas Kristus. Demikian kita anak-anakNya, mari bangkit dari keterpurukan, selalu ingat semua anugerah dan kasih Tuhan dalam kehidupan kita. Kita memperoleh anugerah,  diberkati ,dikasihi oleh  Tuhan agar kita dapat menunjukkan dan menyaksikan semua perbuatan Tuhan kepada orang lain disekeliling kita melalui perbuatan kita. Mengucap syukur dan bersukacitalah oleh karena kasih Allah kepada kita. Amin

St. E Marpaung-GKPI Segar Rejosari