Minggu, 16 Februari 2020

Pilihlah Kehidupan / Pillit ma hangoluan

                                            Pilihlah Kehidupan / Pillit ma hangoluan

Ulangan / 5 Musa 30:15-20

Ada yang mengatakan bahwa Hidup ini adalah pilihan, yang lain menganggap hidup itu adalah sekedar persoalan, makan dan minum, pekerjaan, ada yang menganggap hidup itu adalah interaksi sosial/parsaoran, yang lain menganggap hidup itu adalah tentang materi/kekayaan dan lain sebagainya. Semuanya kembali kepada pilihan masing-masing. Seperti apa hidup kita, dan bagaimana kita menjalani hidup, semua tergantung kepada diri sendiri dalam memaknai hidup itu sendiri. 

Namun ternyata Hidup itu, bukan hanya sekedar bernyawa, Pekerjaan, kekayaan, tetapi yang terutama adalah sikap dan perilaku dimana kita berada.  Demikian halnya pada saat Bangsa Isarel ketika akan menyeberangi sungai Jordan menuju Tanah perjanjian / Kanaan. Musa sebagai pemimpin merasa perlu menyampaikan, mengingatkan dan menguatkan bangsa bagaimana seharusnya mereka menjalani hidup.

Berbagai hal telah disaksikan Musa mengenai sikap dan perilaku Bangsa Israel. Musa sangat paham tentang kekerasan hati, kedegilan dan Bangsa Itu. Mereka tidak setia kepada Allah dan sering melupakan Janji Allah dan dengan mudahnya berpaling dan menyembah illah lain.

Untuk itu memasuki masa akhir perjalanan dan pengembaraan mereka dipadang Gurun, Musa perlu menegaskan kembali Sikap dan Perilaku Bangsa itu Kesetiaan Kepada Allah dan Pesan  yang disampaikan oleh Musa mengandung Konsekuensi atas pilihan yang dipilih oleh Bangsa Itu.

 A. Kebebasan memilih

Jika mereka setia mengikut Allah, maka mereka akan beroleh berkat kehidupan dan keberuntungan, tetapi jika mereka menyimpang dari jalan Allah, maka kematian dan kecelakaan yang akan menimpa mereka. Manusia diberi anugerah yakni kebebasan untuk memilih, kebebasan untuk memilih yang baik atau yang buruk, yang benar atau yang salah menurut pertimbangan masing-masing. Namun dalam prakteknya kebebasan yang dimaksud bukan kebebasan tanpa batasan atau sebebas-bebasnya,, tetapi kebebasan didalam batasan atau kerikatan tertentu.  Kita bebas untuk berbicara, namun tetap dibatasi oleh norma adat, tentu kita akan berbeda cara berbicara, antara hula-hula dengan boru atau bere/ibebere dan sebaliknya.

Contoh lain, kita bebas berbicara kepada suami/istri tetapi dibatasi oleh kasih untuk saling menjaga perasaan, dan lain sebagainya. Tentu apabila batasan kebebasan berbicara itu tersebut dilanggar atau menjadi ramun, maka akan menimbulkan perselisihan dan sakit hati, akibatnya muncul permusuhan dan perkelahian.

Inilah yang dimaksud dengan kematian dan kecelakaan itu. Tetapi jika perkataan yang baik dan benar yang terucap tentu akan membangun semangat dan kehangatan, dan inilah berkat kehidupan itu. Jangan sampai kita salah dalam memilih atau membuat sebuah keputusan

 

2.  Bagaimana kita hidup

Orang batak menganggap hidup itu penting dan dikaitkan dengan nyawa, meskipun susah, sakit yang penting masih bernafas, “disi dope hosana”,”padiar ma malap-alap” asalma mangolu. Falsafah hidup Orang Batak  dalam menyikapi kehidupan "Pantun hangoluan, tois hamagoan"

Lalu bagaimana Orang Kristen itu disebut Hidup? Kita diajarkan bahwa hidup itu bukan sekedar Nyawa/hosa, badan/jasmani tetapi juga tentang Rohani (bagaimana sikap dan perilaku dalam menjalani kehidupan itu sendiri). Itu sebabnya ada istilah “dipardaginghon” atau “diparhangoluhon”.

Manusia yang hidup secara jasmani belum tentu rohaninya juga Hidup. Itulah sebabnya perlu keseimbangan antara Tubuh jasmani dan Rohani. Sebab Tubuh Jasmani ini akan mati dan binasa menjadi tanah dan debu, tetapi Roh atau Rohani tetap Hidup. Roh sendirilah yang menjadi Penghubung antara Manusia dengan sesamanya dan dengan Allah. Hidup yang dimaksud dalam ayat ini adalah bagaimana interaksi manusia dengan Allah.

Setidaknya ada 3 hal yang dibutuhkan dalam menjalani kehidupan ini, yakni 

  • Mengasihi Tuhan, 
  • Hidup menurut Jalan Tuhan (Bukan menyandarkan pada kekuatan sendiri, akal pikiran sendiri namun mau diajar dan dibimbing oleh Tuhan )  
  • Berpegang pada ketetapan dan perintahNya (yakni dengan kesunguhan dan keseriusan, tidak tawar hati, ataupun berpura-pura).

Mengapa? Melalui sikap inilah kita membangun relasi dengan Allah. Konseksuensi nya Allah sendiri memberikan berkat yang dibutuhkan dalam menjalani hidup dimanapun kita berada. Kita diberkati melalui, keluarga, pekerjaan, persahabatan, umur yang panjang, keturunan dan lain sebagainya. Namun bagi yang tidak setia berpaling, tidak mau mendengar, bahkan mau disesatkan untuk sujud menyembah kepada allah lain dan beribadah kepadanya dan meninggalkan Allah maka  kebinasaan; tidak akan lanjut umurmu di tanah, ke mana engkau pergi. 

3. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu/ dibahen i pillit ma hangoluan i, asa mangolu ho dohot pinomparmu sogot. 

Kehidupan itu berkesinambungan, tidak putus hanya didiri kita, tetapi agar semua beroleh berkat sampai kepada keturunan, maka juga perlu diajarkan kepada keturunan bagaimana Tuhan sungguh-sungguh mengasihi kita. Pilihlah Tuhan, sebab IA adalah sumber kehidupan itu sendiri. “alai anggo ahu dohot donganku sajabu, ingkon Jahowa do oloannami.

Amin