Selasa, 28 Agustus 2018

Allah Memilih dan Mengasihi Kita agar kita Berkemanangan


Allah Memilih dan Mengasihi Kita agar kita Berkemanangan
Kel 17:8-13

Musa berkata kepada Yosua: "Pilihlah orang-orang bagi kita, lalu keluarlah berperang melawan orang Amalek, besok aku akan berdiri di puncak bukit itu dengan memegang tongkat Allah di tanganku. “Lalu Yosua melakukan seperti yang dikatakan Musa kepadanya dan berperang melawan orang Amalek; tetapi Musa, Harun dan Hur telah naik ke puncak bukit.
   Perjalanan Bangsa Israel keluar dari Tanah Mesir menuju Tanah Perjanjian atau kembali ke Tanah nenek Moyangnya bukanlah sebuah perjaanan yang mudah. Selama 40 Tahun dipadang Gurun sebelum mereka masuk ke Tanah Kanaan, mereka mengalami banyak pergumulan dan berbagai tantangan yang berat. Walaupun mereka melihat bagaimana Tuhan menolong mereka, tetapi terkadang mereka memberontak melawan Tuhan. Nah, pada nas ini mereka diperhadapkan dengan serangan dari orang Amalek di Rafidim. Tentu saja dari segi jumlah dan kemampuan mereka kalah dibanding dengn Bangsa Amalek. Mereka hidup dipengembaraan. Namun disini bangsa itu melihat bagaimana Tuhan menolong mereka dan berperang bagi mereka.
  Sebagai langkah awal, Musa memerintahkan Yosua, yang memang sudah dipersiapkan Allah sebagai pengganti Musa sebgai pemimpin bangsa itu. Tidak ada penolokan dari Yosua, ia melaksanakan apa yang diperintahkan Musa dan yakin dangan apa yang dikatakan Allah melalui Musa. Demikian juga dengan Haru, dan Hur dengan setia mengikuti apa yang dikatakan oleh Musa. Walaupun Harun adalah abang Musa, namun ia tidak memandang statusnya sebagai yang lebih tua, ia tetap setia. Demikian juga Hur. Ketika perang berlangsung, Tentara Israel dibawah Yosua akan menang jika Musa mengangkat tangannya, dan akan kalah jika ia menurunkan tangannya. Tentu didalam peperangan tujuannya adalah untuk memperoleh kemenangan
  Ketika Harun dan Hur melihat kekalahan Israel oleh karena Musa menurunkan tangannya, dengan segera mereka menyadari dan menyiapkan sebuah batu sebagai tenpat duduknya dan mereka menjadikan dirinya sebagai penopang tangan Musa agar tangannya tidak turun dan Israel  memperoleh kemenangan ketika matahari terbenam.
  Perjalanan dan pengembaraan bangsa Israel menuju tanah perjanjian di adalah gambaran kehidupan kita, Tidak mudah untuk mencapai Kemenangan atas dunia ini. Ketika kita telah dipilih oleh Allah menjadi orang percaya dan dalam perjalanan menuju Tanah Perjanjian yaitu Kehidupan Kekal di Yerusalem Baru, tentu ada banyak ujian, pergumulan dan tantangan yang kita hadapi. Oleh karena beratnya beban  dan pergumulan yang dihadapi, bukan tidak mungkin banyak orang percaya yang memberontak dan melawan Tuhan. Padahal Tuhan senantiasa menyertai dan membimbing serta memberkati. Ia sendiri menjanjikan bahwa apapun yang kita hadapi didalam hidup ini tidak melebihi kekuatan kita dan Ia sendiri yang menyiapkan jalan keluarnya. 
    Tantangan terbesar adalah mengalahkan monster yang ada didalam diri kita. dan inilah medan pertempuran kita sesungguhnya, untuk  mengalahkan keinginan daging yang telah penuh dengan dosa ini, sebab keinginan kita yang  bukanlah kehendak Allah.
   Disinilah kita perlu merendahkan hati dan menyangkal diri, seperti yang ditunjukkan oleh Yosua, Harun dan Hur. Yang tidak memperhitungkan keberadaan mereka dan status mereka serta tidak berargumen ketika diminta untuk mengerjakan sebuah Tugas yang ditetapkan. Dengan kata lain mereka mematuhi apa yang Tuhan perintahkan melalui HambaNya Musa. Mereka percaya bahwa Allah bersama mereka berperang sehingga mereka berkemenangan.  Jumlah yang sedikit bukan menjadi masalah bagi mereka untuk berperang, yang perlu adalah kesatuan hati didalam mengerjakan apa yang harus lakukan. Kerendahan hati melahirkan sikap perduli.
   Demikian orang percaya keutamaannya adalah mengalahkan keberadaan diri sendiri yang oleh karena status, jabatan, pangkat, kekayaan bisa melahirkan orang percaya yang sombong, sehingga tidak menyadari bahwa inilah yang dipakai oleh Iblis untuk memberontak kepada Tuhan. Atau oleh karena beban memilih untuk meninggalkan Tuhan.   Bukan hal yang mudah mengalahkan keinginan diri, tetapi seperti JanjiNya, bahwa jika kita mengizinkan RohNya bekerja didalam diri kita, maka kita mampu untuk mengalahkan keinginan daging. Diluar Kristus kita tidak memiliki kekeuatan untuk mengalahkan dunia.  Apapun beban dan pergumulan yang kita hadapi, percaya dan berserah hanya kepada Kristus, serta mengerjakan apa yang diperintahkanNya dan seturut kehendakNya membuat kita berkemenangan.

St. E.Marpaung