TANGGAL :21 Agustus 2016
NAS :Yesaya 58:9-14
THEMA :Engkau Akan Menjadi Seperti Mata Air Yang Tidak
Penah Mengecewakan
PENDAHULUAN
71
Tahun sudah Negara kita merdeka. Ada banyak kemajuan yang telah dicapai bangsa
ini, namun tetap saja masih terdapat ketimpangan dan permasalahan didalam
bangsa kita. Hampir setiap hari kita mendengar atau melihat berita di Televisi,
tindak kejahatan, baik dilakukan secara peroroangan atau kelompok, politik yang
saling menjatuhkan dan lain-lain. Semua yang pernah memimpin Negara ini
bercitacita untuk memajukan dan memakmurkan masyarakat Indonesia. Tetapi
kesenjangan atau jurang antara kaum berada dengan kaum miskin masih saja ada.
Hal ini
juga telah terjadi, ketika Bangsa Israel Keluar dari pembuangan di Babel dan
Kembali ke Jerusalem. Bangsa Isarael membangun kembali kehidupan mereka dan secara berangsur-angsur membaik demikian juga dengan kehidupan beragama dan ibadah mereka. Tetapi permasalahan kemudian muncul, ketika kemakmuran dan kesejahteraan hanya dinikmati oleh sebagian kelompok atau kaum saja yakni golongan orang kaya, pemerintahan dan tuan tanah), sementara kaum miskin semakin terjepit dan sengsara. Kaum miskin, dan orang orang terpinggirkan lalu menjadi obyek dan ekspoitasi dari penguasa.
Nas khotbah kita hari ini, merupakan bahagian ketiga dari
kitab Nabi Yesaya, yang disebut “Trito
Jesaya”. Bahagian ketiga ini memberitakan kelepasan Bangsa Israel dari
pembuangan di Babel, setelah Bangsa Israel menyadari kesalahan dan dosa mereka
kepada Allah dan kembalinya Bangsa Israel ke Yerusalem, dan syarat-syarat
mendapat keselamatan dari Allah. Allah mengingatkan Bangsa Israel untuk tidak
mengulangi perbuatan mereka dimasa lalu, dan kembali menjalankan ibadah yang
benar kepada Allah, oleh karena itu Bangsa Israel perlu mengerti dan mengetahui
serta melakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan.
Penjelasan
Nas
Untuk mendapat pemahaman mengenai nas perikop ini,
ada baiknya kita membacanya dari Ayat 1-8, sehingga kita mendapatkan gambaran yang
utuh. Ketika Bangsa Israel dengan Tekun beribadah kepada Tuhan tetapi Tuhan
tetap tidak mendengarkan bangsa itu. Melalui Nabi Yesaya, Tuhan berfirman dan
mengkritik semua pelaksanaan Ibadah Bangsa Israel. Didalam hidup kita pun,
terkadang ada hal-hal yang bisa membuat kita menjadi tidak menyukai, atau tidak
berkenan atas tindakan seseorang.
Hal hal apa saja yang membuat Tuhan tidak
mendengar atau mengindahkan ibadah mereka sehingga Tuhan tidak berkenan?.
1 I. Ibadah hanya bersifat seremonial / formalitas
Secara
keagamaan Bangsa Israel melaksanakan ibadah dan menjalankan ajaran-ajaran agama
serta mempelajari hukum-hukum Allah. Mereka berpuasa, merayakan hari raya,
mempersembahkan korban bakaran. Namun semuanya ini tidak menyenangkan hati
Tuhan, karena mereka melaksanakan itu semua hanya bersifat seremonial belaka,
hanya mengikuti kebiasaan dan rutinitas tanpa penerapan didalam kehidupan
sehari-hari.
Bagaimana
dengan kehidupan Ibadah kita saat ini?, apakah hanya seremonial, formalitas
atau rutinitas belaka?, Atau hanya sekedar ikut-ikutan, agar dikatakan orang
yang saleh?.
2. Tidak
perduli kepada sesama
Ibadah Bangsa Israel tidak disertai dengan perbuatan atau
tindakan dari ibadah tersebut. Mereka mengaku beriman tetapi tetap tidak berbuat
seperti yang mereka imani. Mereka tetap mengurusi urusannya dan tidak
mengindahkan Sabbat, dan mendesak para pekerjanya untuk selalu bekerja, berbantah
bantahan, serta memukul atau menyakiti orang,
tidak melepaskan kuk, tidak mau berbagi kepada orang miskin (ayat 3-8).
Bahkan Rasul Paulus lebih tegas mengatakan didalam 2 Tomotius 3: 1-5, ada bayak orang
tetap melakukan ibadah keagamaan mereka tetapi semuanya dilakukan secara
seremonial belaka, perbuatannya tetap kepada kehidupan menurut keinginan daging
belaka. Kita harus ingat bahwa Iman
tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah iman yang kosong dan mati (Yakobus 2:
20, 26).
Refleksi
Tuhan
menginginkan Ibadah yang sejati yakni hidup kudus dan mempersembahkan diri kita
kepada Tuhan. Roma 12:1
“Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu,
supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus
dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati”.
Firman Tuhan pada Ibadah Kita hari ini mengajarkan
kepada kita dalam melaksanakan ibadah kita harus membangun relasi yang baik
kepada Allah dan Kepada sesama sebagai perwujudan dalam melaksanakan Hukum kasih (Matius 22:37-40), dengan cara:
1. Mengasihi Tuhan melalui Pertobatan dan Hidup Benar
Dihadapan Allah
Orang yang mengaku percaya kepada Allah, belum
tentu hidup benar dihadapan Allah. Tidak
cukup hanya pengakuan tetapi mengaku percaya kepada Allah harus dihidupi.
Sikap, perkataaan, perbuatan harus sesuai dengan apa yang kita percayai. Tidak
hidup mengikuti keinginan daging (Gal
5:19) tetapi sesuai dengan Tuntunan Roh Allah (Gal 5:22-23). Sebab Allah tidak
berkenan kepada dosa, dan Ia dengan kemurahanNya memberikan kesempatan kepada
kita untuk bertobat dan pertobatan membuka kepada jalan pengampunan.
2.Mengasihi Sesama
Setelah kita membangun relasi yang baik kepada Tuhan, kita pun harus
menghidupi Firman Tuhan dengan jalan mengasihi sesama Manusia. Ibadah
yang dikehendaki oleh Tuhan bukan hanya memuji bernyanyi, berdoa, tetapi yang
terpenting adalah pelaksanaan dari hasil Ibadah itu sendiri. Firman Allah
mengatakan bahwa Iman tanpa perbuatan
pada hakekatnya adalah kosong dan mati (Yakobus 2: 20, 26). Melalui firman
ini kita diingatkan dan diajar untuk mengsihi sesama melalui perbuatan iman
kita dengan tidak bersikap lalim atau semena-mena, tidak memberi beban kepada
orang lain, tidak memfitnah orang, mau berbagi kepada sesama, bermurah hati,
saling mengampuni, tidak menghakimi.(Yesaya
58:6-10, Matius 6-7, lukas 6:27-36).
Janji
Apa yang diberikan Tuhan?
1.Pemulihan hubungan antara manusia dengan Tuhan.
Ketika manusia berlaku adil dan saling mengasihi,
maka sesuai dengan FirmanNya (ayat 9), “
Ini Aku”, ini menandakan bahwa Tuhan bersedia untuk ditemui dan Ia mau mendegar
setiap permohonan kita.
2.
Dibimbing
dan diberkati (ayat 11-14)
Adanya pemulihan hubungan dan relasi yang baik
dengan Tuhan, maka Tuhan akan menuntun jalan hidup kita, memperbaharui kekuatan
kita, untuk menjadi jalan pendamian di tengah keluarga, lingkungan, gereja,
hidup berkemenangan dan berkat yang berkelimpahan.
Menjadi menarik, adalah bagaimana kita melakoni
dan menyikapi ibadah kita. Apakah kita menganggap Ibadah itu sebagai rutinitas,
formalitas atau sermonial belaka?. Kita diingatkan untuk memaknai ibadah itu
harus disertai dengan perbuatan iman kita. Tentunya kalau kita mengaku beriman,
maka perbuatan baiklah yang akan kita tunjukkan kepada sesama.
Melalui Ibadah kita yang sejati, kita dipulihkan,
memiliki pengharapan, di tuntun dan diberi kekuatan serta diberi kesempatan
untuk menjadi berkat bagi orang lain disekitar kita, keluarga kita, jemaat
kita. Memberi kepada sesama sesungguhnya juga memberi kepada diri sendiri. Kita
tidak menjadi kehilangan dengan menolong sesama, tetapi kita menerima sukacita
dan kebahagiaan ketika kita bisa melihat orang yang kita bantu itu bangkit dan
bersuka cita. Satu hal, bahwa memberi itu sama dengan menghargai diri sendiri.
Sesuai dengan tema Ibadah kita” bahwa Kita akan menjadi "Seperti mata air yang
tidak pernah kering”. Kita telah diberkati Tuhan dan kita menjadi berkat bagi
orang lain.
Amin
St.
E. Marpaung-GKPI Segar Rejosari