Sabtu, 20 Agustus 2016

Engkau Akan Menjadi Seperti Mata Air Yang Tidak Pernah Mengecewakan (Bahasa Indonesia)

TANGGAL      :21 Agustus 2016
NAS              :Yesaya 58:9-14
THEMA   :Engkau Akan Menjadi Seperti Mata Air Yang Tidak Penah Mengecewakan

PENDAHULUAN
71 Tahun sudah Negara kita merdeka. Ada banyak kemajuan yang telah dicapai bangsa ini, namun tetap saja masih terdapat ketimpangan dan permasalahan didalam bangsa kita. Hampir setiap hari kita mendengar atau melihat berita di Televisi, tindak kejahatan, baik dilakukan secara peroroangan atau kelompok, politik yang saling menjatuhkan dan lain-lain. Semua yang pernah memimpin Negara ini bercitacita untuk memajukan dan memakmurkan masyarakat Indonesia. Tetapi kesenjangan atau jurang antara kaum berada dengan kaum miskin masih saja ada.
Hal ini juga telah terjadi, ketika Bangsa Israel Keluar dari pembuangan di Babel dan Kembali ke Jerusalem. Bangsa Isarael membangun kembali kehidupan mereka dan secara berangsur-angsur membaik demikian juga dengan kehidupan beragama dan ibadah mereka. Tetapi permasalahan kemudian muncul, ketika kemakmuran dan kesejahteraan hanya dinikmati oleh sebagian kelompok atau kaum saja yakni golongan orang kaya, pemerintahan dan tuan tanah), sementara kaum miskin semakin terjepit dan sengsara. Kaum miskin, dan orang orang terpinggirkan lalu menjadi obyek dan ekspoitasi dari penguasa. 
Nas khotbah kita hari ini, merupakan bahagian ketiga dari kitab Nabi Yesaya, yang disebut “Trito Jesaya”. Bahagian ketiga ini memberitakan kelepasan Bangsa Israel dari pembuangan di Babel, setelah Bangsa Israel menyadari kesalahan dan dosa mereka kepada Allah dan kembalinya Bangsa Israel ke Yerusalem, dan syarat-syarat mendapat keselamatan dari Allah. Allah mengingatkan Bangsa Israel untuk tidak mengulangi perbuatan mereka dimasa lalu, dan kembali menjalankan ibadah yang benar kepada Allah, oleh karena itu Bangsa Israel perlu mengerti dan mengetahui serta melakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan.


Penjelasan Nas
Untuk mendapat pemahaman mengenai nas perikop ini, ada baiknya kita membacanya dari Ayat 1-8, sehingga kita mendapatkan gambaran yang utuh. Ketika Bangsa Israel dengan Tekun beribadah kepada Tuhan tetapi Tuhan tetap tidak mendengarkan bangsa itu. Melalui Nabi Yesaya, Tuhan berfirman dan mengkritik semua pelaksanaan Ibadah Bangsa Israel. Didalam hidup kita pun, terkadang ada hal-hal yang bisa membuat kita menjadi tidak menyukai, atau tidak berkenan atas tindakan seseorang.
Hal hal apa saja yang membuat Tuhan tidak mendengar atau mengindahkan ibadah mereka sehingga Tuhan tidak berkenan?.
1       I. Ibadah hanya bersifat seremonial / formalitas
Secara keagamaan Bangsa Israel melaksanakan ibadah dan menjalankan ajaran-ajaran agama serta mempelajari hukum-hukum Allah. Mereka berpuasa, merayakan hari raya, mempersembahkan korban bakaran. Namun semuanya ini tidak menyenangkan hati Tuhan, karena mereka melaksanakan itu semua hanya bersifat seremonial belaka, hanya mengikuti kebiasaan dan rutinitas tanpa penerapan didalam kehidupan sehari-hari.
Bagaimana dengan kehidupan Ibadah kita saat ini?, apakah hanya seremonial, formalitas atau rutinitas belaka?, Atau hanya sekedar ikut-ikutan, agar dikatakan orang yang saleh?.  
 2.  Tidak perduli kepada sesama
Ibadah Bangsa Israel tidak disertai dengan perbuatan atau tindakan dari ibadah tersebut. Mereka mengaku beriman tetapi tetap tidak berbuat seperti yang mereka imani. Mereka tetap mengurusi urusannya dan tidak mengindahkan Sabbat, dan mendesak para pekerjanya untuk selalu bekerja, berbantah bantahan, serta memukul atau menyakiti orang,  tidak melepaskan kuk, tidak mau berbagi kepada orang miskin (ayat 3-8).
Bahkan Rasul Paulus lebih tegas mengatakan didalam 2 Tomotius 3: 1-5, ada bayak orang tetap melakukan ibadah keagamaan mereka tetapi semuanya dilakukan secara seremonial belaka, perbuatannya tetap kepada kehidupan menurut keinginan daging belaka. Kita harus ingat bahwa Iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah iman yang kosong dan mati (Yakobus 2: 20, 26).

Refleksi
Tuhan menginginkan Ibadah yang sejati yakni hidup kudus dan mempersembahkan diri kita kepada Tuhan. Roma 12:1 “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati”.

Firman Tuhan pada Ibadah Kita hari ini mengajarkan kepada kita dalam melaksanakan ibadah kita harus membangun relasi yang baik kepada Allah dan Kepada sesama sebagai perwujudan dalam melaksanakan Hukum kasih (Matius 22:37-40), dengan cara:
1. Mengasihi Tuhan melalui Pertobatan dan Hidup Benar Dihadapan Allah
Orang yang mengaku percaya kepada Allah, belum tentu hidup benar dihadapan Allah.  Tidak cukup hanya pengakuan tetapi mengaku percaya kepada Allah harus dihidupi. Sikap, perkataaan, perbuatan harus sesuai dengan apa yang kita percayai. Tidak hidup mengikuti keinginan daging (Gal 5:19) tetapi sesuai dengan Tuntunan Roh Allah (Gal 5:22-23). Sebab Allah tidak berkenan kepada dosa, dan Ia dengan kemurahanNya memberikan kesempatan kepada kita untuk bertobat dan pertobatan membuka kepada jalan pengampunan.
2.Mengasihi Sesama
Setelah kita membangun relasi yang baik kepada Tuhan, kita pun harus menghidupi Firman Tuhan dengan jalan mengasihi sesama Manusia. Ibadah yang dikehendaki oleh Tuhan bukan hanya memuji bernyanyi, berdoa, tetapi yang terpenting adalah pelaksanaan dari hasil Ibadah itu sendiri. Firman Allah mengatakan bahwa Iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah kosong dan mati (Yakobus 2: 20, 26). Melalui firman ini kita diingatkan dan diajar untuk mengsihi sesama melalui perbuatan iman kita dengan tidak bersikap lalim atau semena-mena, tidak memberi beban kepada orang lain, tidak memfitnah orang, mau berbagi kepada sesama, bermurah hati, saling mengampuni, tidak menghakimi.(Yesaya 58:6-10, Matius 6-7, lukas 6:27-36).

Janji Apa yang diberikan Tuhan?
1.Pemulihan hubungan antara manusia dengan Tuhan.
Ketika manusia berlaku adil dan saling mengasihi, maka  sesuai dengan FirmanNya (ayat 9), “ Ini Aku”, ini menandakan bahwa Tuhan bersedia untuk ditemui dan Ia mau mendegar setiap permohonan kita. 
2.   Dibimbing dan diberkati (ayat 11-14)
Adanya pemulihan hubungan dan relasi yang baik dengan Tuhan, maka Tuhan akan menuntun jalan hidup kita, memperbaharui kekuatan kita, untuk menjadi jalan pendamian di tengah keluarga, lingkungan, gereja, hidup berkemenangan dan berkat yang berkelimpahan.

Menjadi menarik, adalah bagaimana kita melakoni dan menyikapi ibadah kita. Apakah kita menganggap Ibadah itu sebagai rutinitas, formalitas atau sermonial belaka?. Kita diingatkan untuk memaknai ibadah itu harus disertai dengan perbuatan iman kita. Tentunya kalau kita mengaku beriman, maka perbuatan baiklah yang akan kita tunjukkan kepada sesama.

Melalui Ibadah kita yang sejati, kita dipulihkan, memiliki pengharapan, di tuntun dan diberi kekuatan serta diberi kesempatan untuk menjadi berkat bagi orang lain disekitar kita, keluarga kita, jemaat kita. Memberi kepada sesama sesungguhnya juga memberi kepada diri sendiri. Kita tidak menjadi kehilangan dengan menolong sesama, tetapi kita menerima sukacita dan kebahagiaan ketika kita bisa melihat orang yang kita bantu itu bangkit dan bersuka cita. Satu hal, bahwa memberi itu sama dengan menghargai diri sendiri. Sesuai dengan tema Ibadah kita” bahwa Kita akan menjadi "Seperti mata air yang tidak pernah kering”. Kita telah diberkati Tuhan dan kita menjadi berkat bagi orang lain.

Amin

St. E. Marpaung-GKPI Segar Rejosari