Minggu, 24 Februari 2019

IBADAH YANG BENAR

Minggu (Sexagesima), 24 Feb 2019

Malekahi 3:13-18

IBADAH YANG BENAR

 

I.PENDAHULUAN

            Manusia diciptakan Tuhan dengan berbagai ragam perbedaan, bahkan kembar identik sekalipun tetap memiliki perbedaan.  Manusia bisa berbeda dari perawakan, karakter, sikap, sifat. Bukan itu saja, tingkat kehidupan dan intelktualitas manusiapun berbedabeda. Ada yang tinggi, ada yang pendek, ada yang hitam ada yang putih, ada yang cantik/tampan, ada yang kurang cantik/kurang tampan, ada yang pintar, ada yang kurang pintar.  Ada yang kaya ada yang berkekurangan . Namun semua hal itu menunjukkan bagaimama cara Tuhan menata dan mengatur kehidupan. Yang kesemuanya menjadi sebuah harmoni keindahan.

            Namun karena sifat dasar manusia itu sendiri adalah cemburu, Maka menjadi cemburu melihat manusia lain yang jauh lebih baik dari dirinya. Menjadi cemburu ketika melihat orang lebih kaya, lebih pintar dlsb. Sehingga cenderung membanding bandingkan dirinya dengan orang lain.

            Satu kata dalam bahasa batak yaitu “Mangapian”. Secara bebas dapat diartikan sebagai sikap kekecewaan oleh karena merasa gagal terhadap sebuah situasi dan keadaan yang sama dengan yang lain, namun hasil yang didapat berbeda. Sebagai contoh “ ada dua  orang yang bersahabat, sama-sam bertani dan sama menanam mangga. Bibit, pupuk yang mereka pakai sama, namun ketika masa panen, hasilnya jauh berbeda, yang satu hasilnya melimpah yang lain hanya sedikit. Meilihat hasil yang mengecewakan itu, berkata”sia-sia rasanya, sudah capek-capek merawat, namun hasil tidak seberapa dibandingkan hasil kamu peroleh”, Lalu sang teman menyemangati dan mencoba mencari penyebab, ternyata pohon mangganya tidak pernah dipangkas, sehingga hanya daunnya saja yang lebat”.

            Bukankah kita juga sering merasa cemburu kecewa kepada ketika melihat orang lain berhasil namun kita merasa gagal. Mengapa dia bisa aku tidak?. Padahal kita merasa sudah melakukan yang benar, mengerjakan yang baik. Rajin ke gereja, Rajin berdoa, Rajin Kebaktian sektor, Rajin berdiakoni, rajin pelayanan, namun hidup kita hanya biasa-biasa saja dan pas-pasan. Dibandingkan dengan orang lain yang tidak pernah kegereja, tidak pernah melayani, tidak mau berdiakoni, tidak pernah berdoa, tetapi berkelimpahan materi. Bukan tidak mungkin kita “mangapian,” mengapa seperti ini?,  Bisa saja orang berkata Tuhan tidak adil, Tuhan tidak dengar doaku. Aku sudah melayani, namun aku terus saja berkekurangan. Aku Rajin beribadah namun tetap saja miskin. Aku rajin belajar, tetapi tetap tidak pernah juara. Sementara yang lain yang tidak pernah beridah memperoleh apa yang dia inginkan. Sehingga kitapun berkesimpulan tidak ada perbedaan antara yang mengikut Tuhan dengan yang tidak mengikut Tuhan. Pada akhirnya kekecewaan itu membuahkan keputusasaan dan merasa tidak ada gunanya mengikut Tuhan.

 II. PENJELASAN        

            Situasi inilah yang dihadapi Bangsa Isarael, ketika mereka kembali Ke Yerusalem dari pembuangan Babel. Bangsa itu menilai tidak ada kelebihan yang mereka dapat dengan mengikut Tuhan dibanding bangsa lain yang tidak mengenal Tuhan.  Mereka putus asa oleh karena kecewa kepada Tuhan. Mereka berfikir menjadi umat Pilihan Tuhan pasti diberi kelebihan secara materi dan menjadi kaya raya dibanding dengan bangsa yang tidak mengeyembah Tuhan. apalagi jika mengingat Janji Tuhan kepada nenek moyang mereka.

            Didalam perikop ini digambarkan dua sikap yang sangat berbeda dari orang yang beribadah kepada Tuhan.

1. Beribadah dengan mengharapkan sesuatu.

Sehingga mereka berkata Mal‘3:13-15 "......Apakah kami bicarakan di antara kami tentang Engkau?", .........."Adalah sia-sia beribadah kepada Allah. Apakah untungnya kita memelihara apa yang harus dilakukan terhadap-Nya dan berjalan dengan pakaian berkabung di hadapan TUHAN semesta alam?.  Oleh sebab itu kita ini menyebut berbahagia orang-orang yang gegabah: bukan saja mujur orang-orang yang berbuat fasik itu, tetapi dengan mencobai Allah pun, mereka luput juga." 

            Mereka menganggap Ibadah kepada Tuhan itu hanya kesiasiaan saja oleh karena menganggap dan berharap, bahwa seharusnya ketika mereka beribadah kepada Tuhan, memberi persembahan, Tuhan harus dan semestinya membalaskan kepada mereka belipat ganda. Didalam kekecewaan mereka melakukan apa yang jahat dimata Tuhan, mempersembahkan korban yang bercacat, tidak menjaga kekudusan hidup, berzinah, tidak memberi persembahan khusus maupun persepuluhan karena hasil yang mereka peroleh tidak seperti yang mereka inginkan. Mereka berfikir semestinya Beridaha kepada Tuhan, mereka menjadi kaya raya, memiliki jabatan yang tinggi, kekeuasaan dan nama besar. Mereka bersembunyi dibalik Ibadah dan kesalehan Palsu. Bagi mereka tampilan lahirian adalah yang utama.ketika orang lain melihat bahwa ia saleh.           

 2. Beribadah dengan ketulusan hati (Ibadah sejati) dan tunduk sepenuhnya kepada Kehendak Tuhan

            Ayat 16  Beginilah berbicara satu sama lain orang-orang yang takut akan TUHAN: "TUHAN memperhatikan dan mendengarnya; sebuah kitab peringatan ditulis di hadapan-Nya bagi orang-orang yang takut akan TUHAN dan bagi orang-orang yang menghormati nama-Nya."

Mereka melihat dan menyadari apa yang mereka rasakan adalah bagian dari rencana Tuhan didalam kehidupannya, Orang yang beribadah secara sungguh-sungguh dimotivasi oleh kemauan untuk menyenangkan hati Tuhan. sehingga ketika mereka memuji, menyembah dan memberikan persembahan semua dilakukan dengan kerelaan hati tanpa ada iming-iming atau mengharapkan sesuatu. semua dilakukan oleh karena mengingat kebaikan Tuhan didalam kehidupannya.

III. REFLEKSI

Tema minggu kita adalah IBADAH YANG BENAR.  Sudah sangat jelas bagi kita didalam perikop ini motivasi orang beribadah.  Beribadah karena mengharapkan sesuatu dan beribadah yang sejati. Perlu bagi kita untuk bertanya kedalam diri, apakah arti Ibadah ku. Demi kemulaianku atau kemulaiaan Tuhan, apakah aku memberi persembahan agar Tuhan membalaskan berlipat kali ganda?,  Nas ini mengingatkan dan mengajarkan kita agar sungguh-sungguh dalam beribadah

1. Motivasi yang benar dalam beribadah.

Beribadah kepada Tuhan bukan saja sebuah kewajiban, Ibadah itu sebagai bentuk ucapan syukur kepada Tuhan atas pemeliharaanNya dalam hidup kita. Rasul Paulus mengajarkan bahwa Ibadah yang sejati adalah mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah yang tidak serupa dengan dunia ini, yang terus menerus mengalami perubahan dan pembaharuan budi, sehingga kita dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. (Rm 12;1-2).  Dengan kata lain, motivasi yang benar hanya untuk memuliakan Tuhan dan bersyukur menghasilkan pambaruan yang terus menerus dan percaya bahwa dalam segala hal Tuhan turut bekerja mendatangkan kebaikan. Jika Ibadah kita didasarkan oleh keinginan mengharapkan sesuatu sebagai balasan atau upah dari ibadah kita kepada Tuhan, maka kita akan jatuh kedalam kekecewaan dan keputusasaan yang akan menjauhkan kita dari Tuhan.

2. Ibadah yang benar berbuahkan kebenaran dan kebaikan. Cerminan ibadah sejati didalam kebenaran nyata didalam hidup oleh karena telah mengalami pembaruan akal budi dan memperoleh hikmat Allah, yang tercermin dari:

A.  Perkataannya. Perkataan Orang benar adalah perkataan yang penuh Hikmat yang membangun semangat bukan menjatuhkan, ia memberkati bukan mengutuk, memberi jalan keluar bukan menyesatkan dan selalu berlandaskan Firman Tuhan semata, bukan perkataan manusia. Ia seorang yang Optimis bukan Pesimis,   

B. Kebijaksanaannya. Tidak ada seorangpun yang tidak pernah menghadapi Masalah. Menghadapi masalah dibutuhkan hikmat. Tuhan adalah sumber hikmat. Orang yang berhikmat menjadi bijkasana didalam menghadapi masalah. Sebuah kesulitan hidup bisa menjadi berbeda dari sudt pandang orang benar. Jika orang fasik mengganggap kesulitan hidup sebagai sebuah hukuman yang membuatnya hidup dalam keputusasaan, namun bagi orang benar dan berhikmat, kesulitan hidup adalah cara Tuhan untuk membentuk dirinya menjadi Pribadi yang dikehendaki Tuhan. Ia percaya sebuah masalah menghampirinya  adalah atas izin Tuhan dan yakin bahwa Tuhan menolongnya menghadapi persoalan itu.

3. Kesetiaan. Orang benar tidak mudah terpengaruh melihat kemuliaan dunia, tidak kecewa, Tidak cemburu melihat kesuksean dan keberhasilan orang lain meskipun ia sendiri mengalami kegagalan didalam pekerjaannya.

4.  Tujuan Hidup orang benar adalah menjadi milik kesayangan Allah, bukan rupa-rupa kemuliaan dunia yaitu Kekayaan, Kemashyuran, jabatan. Yang mereka kejar adalah bagaimna menjadi milik kesayangan Tuhan, sebab mereka percaya bahwa Tuhan mengasihani mereka. Mereka percaya bahwa Tuhan akan mencukupkan apa yang mereka butuhkan ketika mereka mencari Kerajaan Allah dan kebenaranNya maka semuanya akan ditambahkan (Mat 6:33).  Ayat 17 Mereka akan menjadi milik kesayangan-Ku sendiri, firman TUHAN semesta alam, pada hari yang Kusiapkan. Aku akan mengasihani mereka sama seperti seseorang menyayangi anaknya yang melayani dia.

Bukan berarti kita  tidak boleh kaya, memiliki jabatan namun janganlah ini yang menjadi fokus kita didalam hidup, Semua diberikan Tuhan agar kita juga menjadi berkat bagi orang disekitar kita. dengan kata lain, Bagaimana kita menggunakan berkat Tuhan yang ada pada kita, apakah hanya untuk kita sendiri atau sudahkah kita menggunakan berkat Tuhan untuk membantu Pekerjaan Tuhan disekitar kita?

            Dan ini jugalah yang dikatakan Tuhan Yesus, untuk mencari harta disurga bukan dibumi, sebab harta dibumi hanya sementara tidak kekal, tetapi harta disurga adalah kehidupan kekal (Lukas 12:33).  

Amin.

Pnt. E. Marpaung