“Pembaruan Hidup Oleh Kuasa Allah”
Huaso ni Jahowa do na Paimbaru Rohanta”
Yohanes 3:1-8
31 Mei 2018
PENDAHULUAN
Umumnya orang akan merasa senang atau
bahagia bila memperoleh sesuatu yang baru dalam hisupnya, misalnya, jabatan
batu, rumah baru, mobil baru. Tentu sesuatu yang baru terutama yang behubungan
dengan kebendaan bisa menaikkan status sosial dilingkungannya. Namun tidak semua hal yang baru bisa membuat
orang menjadi senang, contoh saat ini banyak orang tua yang mengeluh oleh
karena kebijakan Dinas Pendidikan tentang Sistem Zoansi atau rayon dalam
penerimaan murid baru untuk Jenjang SMP dan SMA. Harapan orang tua dan anak bisa bersekolah
dikota dan sekolah favorit pun sirna, dan kecewa. Atau ada kebijakan baru dalam
sebuah punguan tidak bisa serta merta dapat diterima oleh ruasnya, karena selalu
berpedoman kepada istilah “Nasomal/ ndang masa/na jolo”, padahal setiap saat
terjadi kebijakan.
Tema pada ibadah kita malam ini adalah
“Pembaruan Hidup Oleh Kuasa Allah”/Huaso ni Jahowa do na Paimbaru Rohanta”.
Pada perikop ini kita disuguhkan percakapan antara Tuhan Yesus dan Nikodemus.
Jadi tujuan cerita ini adalah mengajar
bahwa untuk menjadi murid / pengikut Kristus yang sejati, seseorang harus
mengalami kelahiran baru. Dan inilah yang menjadi perenuangan bagi kita, dan
menguji serta melihat diri kita, apakah kita sungguh sungguh sudah lahir baru.
PENJELASAN
Rasul Yohanes sering menyebut
tanda-tanda dari setiap muzijat yang dibuat oleh Yesus. Didalam pasal 2:13-25,
bagaimana Kristus bertindak untuk mensucikan Bait Allah, itu adalah Tanda Bahwa
Kristus Berkuasa atas JemaatNya, karena Bait Suci gambaran Gereja, serta
Kristus akan membangun dalam 3 hari.
Ayat
1-2
Nikodemus disebutkan sebagai seorang
Farisi dan Pemimpin Agama Yahudi, Ini berarti bahwa Nikodemus adalah anggota
Sanhedrin / Mahkamah Agama Yahudi. Tentu dgn keadaan ini, bahwa Nikodemus
adalah seorang yang sangat memahami Hukum Taurat, Mengerti Firman Tuhan didalam
PL, serta seorang yang memiliki jabatan dan kuasa dalam Agama. Seorang Farisi percaya adanya Kebangkitan dan
inilah yang membedakan mereka dengan Golongan Saduki, Mereka sangat menjaga
Kesucian dan Kesalehan Hidup serta Ritual Keagamaan Yahudi, sehingga seringkali
merasa paling berhak masuk ke sorga dan paling unggul, akibatnya mereka
terperangkap karena mereka menjadi arogansi dalam kerohanian, sehingga jika
kita membaca Alkitab, Farisi selalu berkonotasi Negatif untuk sikap Rohani.
Namun hal yang berbeda yang
ditunjukkan oleh Nikodemus, ia datang kepada Yesus untuk belajar memahami kebenaran. Dan mengapa ia datang kepada Yesus pada Waktu
malam, ini ingin menunjukkan bahwa dia tidak ingin menimbulkan kegaduhan
dilingkungan Farisi dan Mahkamah Agama, oleh karena status dan Jabatannya.
Kedatangan Nikodemus kepada Yesus
untuk berbicara bukan dengan sebuah pertanyaan tetapi dengan sebuah pernyataan (“kami tahu – Ayat 2”). Ini berarti bukan hanya Nikodemus saja yang
melihat dan percaya kepada kuasa dan
tanda yang dibuat oleh Yesus.
Oleh karena itu Nikodemus dengan
segera dapat mengerti dan menangkap tanda yang dibuat oleh Kristus. Lalu
bagaimana dengan orang Farisi yang lain, mengapa hanya Nikodemus yang datang
kepada Yesus. Tentu kita melihat bagaimana Nikodemus mau melembutkan hatinya
untuk menerima Kristus dan PengajaranNya, sementara yang lain tetap dengan
kekerasan hatinya oleh karena Kritik Yesus karena praktek-praktek keagamaan
mereka yang hanya lebih mementingkan tampilan lahiriah bukan rohani yang
sejati, dan tentu saja mereka tidak rela dikoreksi oleh karena mereka merasa
status dan jabatan mereka yang sudah sangat tinggi, sehingga tidak mau menerima
pembaruan rohani yang diajarkan oleh Kristus. Disini kita melihat bagaimana
Nikodemus berani berseberangan dengan yang lainnya.
Ini adalah menjadi gambaran realita
dalam kehidupan keagaman kita, kita seringkali tanpa sadar kita terjebak
didalam ritual keagamaan justru membuat kita semakin jauh dari Tuhan jika tidak
disertai dengan kesadaran bahwa hidup kita ini adalah anugerah Tuhan. Jabatan,
posisi dan keterkenalan kita, bisa membuat kita tidak lagi bergantung kepada
Tuhan, akibatnya kita mengalami degradasi iman.
Kita percaya bahwa kehidupan iman atau
rohani kita bertujuan untuk kehidupan yang kekal. Dalam perikop ini kita melihat ada 2 hal
mengenai kelayakan seseorang untuk
menjadi di dalam kerajaan sorga Atas
hal ini, Yesus lalu menjawab, (Ayat 3) "Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak
dapat melihat Kerajaan Allah." (Ayat 5) Jawab Yesus: "Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak
dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Dilahirkan kembali untuk melihat Kerajaan Allah (ayat 3)
dan dilahirkan kembali untuk masuk Kerajaan Allah (ayat 5), Dilahirkan kembali
dapat dipahami sebagai tanda meninggalkan kehidupan lama (Gal 5: 19-21) dan mengalami pembaruan rohani (Gal
5:22 ) melalui air dan roh. Pembaruan
rohani bukan inisiatif manusia, tetapi Allah sendiri yang menggerakkan hati
manusia. Pembaruan rohani adalah anugerah Allah semata.
Baptisan
adalah pertobatan dan penyucian hidup yang lama kepada hidup yang bersih didalam Kristus dan itu
sebagai tanda perjanjian dan “Roh” adalah kuasa Allah untuk memampukan kita
untuk hidup dan memahami maksud dan rencana Allah. Itu sebabnya Yohanes
Pembaptis mengatakan bahwa, Ia membaptis dengan Air tetapi Kristus membaptis
dengan roh.
Disini kita menyadari bahwa betapapun
salehnya kehidupan kita, tanpa anugerah Allah untuk dilahirkan kembali didalam
roh dan kebenaran, sesungguhnya kita tidak layak untuk masuk dan menjadi bagian
didalam kerajaan Surga.
Setidaknya ada 3 hal yang bisa menjadi
contoh bagi kita dari seorang yang bernama Nikodemus:
1. Menyangkal dan merendahkan
hati dihadapan Tuhan.
Nikodemus adalah mewakili sifat dan
karakter hidup rohani manusia, kegagalan memahami kehendak Allah. Oleh karena
selalu tegar tengkuk dan mengeraskan hati dan menuruti keinginan diri sendiri, dan abai kepada suara Tuhan.
Tuhan sendirilah yang bekerja didalam
diri Nikodemus dan ia memperoleh Anugerah, sehingga ia mampu menyangkal dirinya
yang adalah tokoh Farisi dan seorang anggota majelis mahkamah agama yang dalam
berbagai Hal golongan Farisi dan Mahkamah Agama selalu berseberangan dengan
Yesus. Membuka hati untuk mau dipimpin oleh Tuhan untuk mengerti kebenaran yang
sesungguhnya. Sehingga Nikodemus bisa memahami bahwa pembaruan rohani
(Spritualitas) adalah lebih utama daripada keindahan jasmani. Ini dibuktikan
bahwa Ia membela Yesus dihadapan para imam (Yoh 7:37-44) dan Ia jugalah yang
membawakan Minyak Mur bersama Yusuf dari Arimatea ketika Yesus akan dikuburkan
(Yoh 19:38-42).
Jika Nikodemus, seorang guru rohani Yahudi dengan pengetahuan
yang sangat mendalam mengenai kerohanian dan kesalehan hidup yang luar biasa,
ternyata dihadapan Tuhan tidak ada apa-apanya, lalu bagaimana dengan kita
sendiri?.
Ini mengingatkan kita agar tidak lagi
mengeraskan hati dan menyangkal keinginan diri kita yang selalu mengandalkan
kekuatan diri yaitu, jabatan, kedudukan, kekayaan, nama besar, agar kita bisa
menerima anugerah diperbarui setiap waktu oleh Tuhan dan mengizinkan RohNya
bekerja membentuk dan membimbing untuk mengerti Kehendak Tuhan.
2. Pengakuan Atas Kuasa Tuhan
"Rabi, kami tahu, bahwa
Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorang pun yang
dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak
menyertainya."
Pengakuan
Nikodemus ini bukan dari dirinya sendiri, tetapi Roh Allah yang bekerja didalam
dirinya, ketika ia mau membuka hati dan menyangkal keberadaannya, sebagaimana
Rasul Petrus yang menyatakan “Bahwa Kristus adalah Mesias, keika Yesus bertanya
siapakah Dirinya (Mat 16:15-17).
Demikian
juga kita, pengakuan atas kuasa Tuhan didalam hidup kita adalah mutlak, sebab
Tanpa dia dan diluar Dia kita tidak bisa berbuat apa-apa. Roh Tuhan sendirilah
yang menyatakan itu kepada kita, sehingga kita mampu bersaksi atas segala
sesuatu yang telah Tuhan lakukan dan perbuat didalam Kehidupan kita, baik
sukacita maupun Duka Cita
3. Kemauan untuk selalu belajar
dan bertumbuh didalam Tuhan
Nikodemus sebagai guru Yahudi, juga
belum mampu memahami setiap perkataan Yesus, sehingga ia berkata , "Bagaimanakah mungkin seorang
dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya
dan dilahirkan lagi?". Pada
titik inilah dia ingin belajar memahami Firman Tuhan.
Atas kegagalannya mengerti maksud
Perkataan Tuhan, ia pun dimbing untuk memperoleh jawaban yang dapat dipahaminya
bahwa lahir baru itu hanya didalam Kristus melalui Baptisan dan Roh Yang
Bekerja didalam dirinya.
Dan hal ini adalah anugerah dari
Tuhan. Oleh karena itu, kita diajak untuk mau meluangkan dan memberikan sedikit
dari waktu kita yang sangat berharga itu untuk belajar memahami kehendak Tuhan
dengan cara membaca Alkitab.
Jika kita memiliki waktu untuk
mempelajari serta menghapal hata umpasa dan mampu menjadi raja parhata, mengapa
membaca Alkitab tidak memiliki waktu. Adakah diantara kita yang lupa dengan
surat haluaon/sidinya masing-masing?
REFLEKSI
Lahir baru didalam Iman Kita, adalah
sebuah proses pemurnian yang dilakukan oleh Allah sendiri dan ini adalah
anugerah Allah semata. Roma 3:23, Paulus menuliskan, “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan
Allah.” Oleh Sebab itu manusia perlu
dilahirkan kembali supaya dosa-dosa mereka diampuni dan diperdamaikan kembali
dengan Allah melalui Yesus Kristus.
Bagaimana hal itu dapat terjadi? Efesus 2:8-9 menjelaskan, “Sebab karena kasih karunia kamu
diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu
bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.”
Ketika orang “diselamatkan;” ia
dilahirkan kembali, diperbarui secara rohani.
Percaya Yesus Kristus, bahwa Dia yang telah membayar hukuman dosa ketika
Dia mati di kayu salib, adalah arti dari “lahir kembali” secara rohani. Dalam 2
Korintus 5:17 ditegaskan, “Jadi siapa
yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu,
sesungguhnya yang baru sudah datang.”.
Melalui peristiwa pertemuan Nikodemus dengan
Tuhan Yesus, tentang kelahiran baru
diAyat 8 kita belajar bahwa:
·
Hanya
Kedaulatan Allah sendiri didalam Roh Kudus yang bekerja untuk melahirbarukan,
dan itu merupakan otoritasNya kepada siapa Ia berkenan dinyatakan dengan
kata-kata ‘angin bertiup kemana ia mau’.
·
Pekerjaan
Roh Kudus dalam kelahiran baru itu tidak terlihat dan bersifat misterius. Ini
dinyatakan dengan kata-kata ‘engkau tidak
tahu dari mana ia datang, atau kemana ia pergi’. Namun demikian, buahnya
terlihat dan nyata! Ini dinyatakan dengan kata-kata ‘engkau mendengar
bunyinya’.
Oleh
karena itu hendak kita mau terus menerus diperbarui dan diubahkan oleh Allah
didalam Karya Roh Kudus, sehingga nyata bahwa kita telah lahir baru yang dapat
dirasakan oleh orang-orang disekeling kita dan selalu menjadi ciptaan baru.