Kamis, 31 Mei 2018

Pembaruan Hidup Oleh Kuasa Allah


“Pembaruan Hidup Oleh Kuasa Allah”
Huaso ni Jahowa do na Paimbaru Rohanta”

Yohanes 3:1-8
31 Mei 2018


PENDAHULUAN
      Umumnya orang akan merasa senang atau bahagia bila memperoleh sesuatu yang baru dalam hisupnya, misalnya, jabatan batu, rumah baru, mobil baru. Tentu sesuatu yang baru terutama yang behubungan dengan kebendaan bisa menaikkan status sosial dilingkungannya.  Namun tidak semua hal yang baru bisa membuat orang menjadi senang, contoh saat ini banyak orang tua yang mengeluh oleh karena kebijakan Dinas Pendidikan tentang Sistem Zoansi atau rayon dalam penerimaan murid baru untuk Jenjang SMP dan SMA.  Harapan orang tua dan anak bisa bersekolah dikota dan sekolah favorit pun sirna, dan kecewa. Atau ada kebijakan baru dalam sebuah punguan tidak bisa serta merta dapat diterima oleh ruasnya, karena selalu berpedoman kepada istilah “Nasomal/ ndang masa/na jolo”, padahal setiap saat terjadi kebijakan.
    Tema pada ibadah kita malam ini adalah “Pembaruan Hidup Oleh Kuasa Allah”/Huaso ni Jahowa do na Paimbaru Rohanta”. Pada perikop ini kita disuguhkan percakapan antara Tuhan Yesus dan Nikodemus.

    Jadi tujuan cerita ini adalah mengajar bahwa untuk menjadi murid / pengikut Kristus yang sejati, seseorang harus mengalami kelahiran baru. Dan inilah yang menjadi perenuangan bagi kita, dan menguji serta melihat diri kita, apakah kita sungguh sungguh sudah lahir baru.

PENJELASAN
    Rasul Yohanes sering menyebut tanda-tanda dari setiap muzijat yang dibuat oleh Yesus. Didalam pasal 2:13-25, bagaimana Kristus bertindak untuk mensucikan Bait Allah, itu adalah Tanda Bahwa Kristus Berkuasa atas JemaatNya, karena Bait Suci gambaran Gereja, serta Kristus akan membangun dalam 3 hari.
Ayat 1-2       
    Nikodemus disebutkan sebagai seorang Farisi dan Pemimpin Agama Yahudi, Ini berarti bahwa Nikodemus adalah anggota Sanhedrin / Mahkamah Agama Yahudi. Tentu dgn keadaan ini, bahwa Nikodemus adalah seorang yang sangat memahami Hukum Taurat, Mengerti Firman Tuhan didalam PL, serta seorang yang memiliki jabatan dan kuasa dalam Agama.  Seorang Farisi percaya adanya Kebangkitan dan inilah yang membedakan mereka dengan Golongan Saduki, Mereka sangat menjaga Kesucian dan Kesalehan Hidup serta Ritual Keagamaan Yahudi, sehingga seringkali merasa paling berhak masuk ke sorga dan paling unggul, akibatnya mereka terperangkap karena mereka menjadi arogansi dalam kerohanian, sehingga jika kita membaca Alkitab, Farisi selalu berkonotasi Negatif untuk sikap Rohani.
  Namun hal yang berbeda yang ditunjukkan oleh Nikodemus, ia datang kepada Yesus untuk belajar memahami kebenaran.  Dan mengapa ia datang kepada Yesus pada Waktu malam, ini ingin menunjukkan bahwa dia tidak ingin menimbulkan kegaduhan dilingkungan Farisi dan Mahkamah Agama, oleh karena status dan Jabatannya.
    Kedatangan Nikodemus kepada Yesus untuk berbicara bukan dengan sebuah pertanyaan tetapi dengan sebuah pernyataan (“kami tahu – Ayat 2”).  Ini berarti bukan hanya Nikodemus saja yang melihat  dan percaya kepada kuasa dan tanda yang dibuat oleh Yesus.          
      Oleh karena itu Nikodemus dengan segera dapat mengerti dan menangkap tanda yang dibuat oleh Kristus. Lalu bagaimana dengan orang Farisi yang lain, mengapa hanya Nikodemus yang datang kepada Yesus. Tentu kita melihat bagaimana Nikodemus mau melembutkan hatinya untuk menerima Kristus dan PengajaranNya, sementara yang lain tetap dengan kekerasan hatinya oleh karena Kritik Yesus karena praktek-praktek keagamaan mereka yang hanya lebih mementingkan tampilan lahiriah bukan rohani yang sejati, dan tentu saja mereka tidak rela dikoreksi oleh karena mereka merasa status dan jabatan mereka yang sudah sangat tinggi, sehingga tidak mau menerima pembaruan rohani yang diajarkan oleh Kristus. Disini kita melihat bagaimana Nikodemus berani berseberangan dengan yang lainnya.
     Ini adalah menjadi gambaran realita dalam kehidupan keagaman kita, kita seringkali tanpa sadar kita terjebak didalam ritual keagamaan justru membuat kita semakin jauh dari Tuhan jika tidak disertai dengan kesadaran bahwa hidup kita ini adalah anugerah Tuhan. Jabatan, posisi dan keterkenalan kita, bisa membuat kita tidak lagi bergantung kepada Tuhan, akibatnya kita mengalami degradasi iman.
      Kita percaya bahwa kehidupan iman atau rohani kita bertujuan untuk kehidupan yang kekal.  Dalam perikop ini kita melihat ada 2 hal mengenai kelayakan seseorang  untuk menjadi di dalam kerajaan sorga          Atas hal ini, Yesus lalu menjawab, (Ayat 3) "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah." (Ayat 5) Jawab Yesus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah.
    Dilahirkan kembali untuk melihat Kerajaan Allah (ayat 3) dan dilahirkan kembali untuk masuk Kerajaan Allah (ayat 5), Dilahirkan kembali dapat dipahami sebagai tanda meninggalkan kehidupan lama (Gal 5: 19-21) dan mengalami pembaruan rohani (Gal 5:22 ) melalui air dan roh. Pembaruan rohani bukan inisiatif manusia, tetapi Allah sendiri yang menggerakkan hati manusia. Pembaruan rohani adalah anugerah Allah semata.  
     Baptisan adalah pertobatan dan penyucian hidup yang lama  kepada hidup yang bersih didalam Kristus  dan  itu sebagai tanda perjanjian dan “Roh” adalah kuasa Allah untuk memampukan kita untuk hidup dan memahami maksud dan rencana Allah. Itu sebabnya Yohanes Pembaptis mengatakan bahwa, Ia membaptis dengan Air tetapi Kristus membaptis dengan roh.
      Disini kita menyadari bahwa betapapun salehnya kehidupan kita, tanpa anugerah Allah untuk dilahirkan kembali didalam roh dan kebenaran, sesungguhnya kita tidak layak untuk masuk dan menjadi bagian didalam kerajaan Surga.
          Setidaknya ada 3 hal yang bisa menjadi contoh bagi kita dari seorang yang bernama Nikodemus:
1. Menyangkal dan merendahkan hati dihadapan Tuhan.
  Nikodemus adalah mewakili sifat dan karakter hidup rohani manusia, kegagalan memahami kehendak Allah. Oleh karena selalu tegar tengkuk dan mengeraskan hati dan menuruti keinginan diri sendiri,  dan abai kepada suara Tuhan.
     Tuhan sendirilah yang bekerja didalam diri Nikodemus dan ia memperoleh Anugerah, sehingga ia mampu menyangkal dirinya yang adalah tokoh Farisi dan seorang anggota majelis mahkamah agama yang dalam berbagai Hal golongan Farisi dan Mahkamah Agama selalu berseberangan dengan Yesus. Membuka hati untuk mau dipimpin oleh Tuhan untuk mengerti kebenaran yang sesungguhnya. Sehingga Nikodemus bisa memahami bahwa pembaruan rohani (Spritualitas) adalah lebih utama daripada keindahan jasmani. Ini dibuktikan bahwa Ia membela Yesus dihadapan para imam (Yoh 7:37-44) dan Ia jugalah yang membawakan Minyak Mur bersama Yusuf dari Arimatea ketika Yesus akan dikuburkan (Yoh 19:38-42).
 Jika Nikodemus,  seorang guru rohani Yahudi dengan pengetahuan yang sangat mendalam mengenai kerohanian dan kesalehan hidup yang luar biasa, ternyata dihadapan Tuhan tidak ada apa-apanya, lalu bagaimana dengan kita sendiri?.
  Ini mengingatkan kita agar tidak lagi mengeraskan hati dan menyangkal keinginan diri kita yang selalu mengandalkan kekuatan diri yaitu, jabatan, kedudukan, kekayaan, nama besar, agar kita bisa menerima anugerah diperbarui setiap waktu oleh Tuhan dan mengizinkan RohNya bekerja membentuk dan membimbing untuk mengerti Kehendak Tuhan.
2. Pengakuan Atas Kuasa Tuhan
"Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorang pun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya."
Pengakuan Nikodemus ini bukan dari dirinya sendiri, tetapi Roh Allah yang bekerja didalam dirinya, ketika ia mau membuka hati dan menyangkal keberadaannya, sebagaimana Rasul Petrus yang menyatakan “Bahwa Kristus adalah Mesias, keika Yesus bertanya siapakah Dirinya (Mat 16:15-17).
Demikian juga kita, pengakuan atas kuasa Tuhan didalam hidup kita adalah mutlak, sebab Tanpa dia dan diluar Dia kita tidak bisa berbuat apa-apa. Roh Tuhan sendirilah yang menyatakan itu kepada kita, sehingga kita mampu bersaksi atas segala sesuatu yang telah Tuhan lakukan dan perbuat didalam Kehidupan kita, baik sukacita maupun Duka Cita
3. Kemauan untuk selalu belajar dan bertumbuh didalam Tuhan
    Nikodemus sebagai guru Yahudi, juga belum mampu memahami setiap perkataan Yesus, sehingga ia berkata , "Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?".  Pada titik inilah dia ingin belajar memahami Firman Tuhan.
 Penyangkalan diri dan kerendahan hati serta pengakuan atas kuasanya telah memberikan ruang bagi Roh Kudus untuk bekerja didalam diri Nikodemus, sehingga  menumbuhkan semangat untuk terus memahami apa yang Tuhan kehendaki dan mau bertumbuh bersama Tuhan.

  Atas kegagalannya mengerti maksud Perkataan Tuhan, ia pun dimbing untuk memperoleh jawaban yang dapat dipahaminya bahwa lahir baru itu hanya didalam Kristus melalui Baptisan dan Roh Yang Bekerja didalam dirinya.
Dan hal ini adalah anugerah dari Tuhan. Oleh karena itu, kita diajak untuk mau meluangkan dan memberikan sedikit dari waktu kita yang sangat berharga itu untuk belajar memahami kehendak Tuhan dengan cara membaca Alkitab.
   Jika kita memiliki waktu untuk mempelajari serta menghapal hata umpasa dan mampu menjadi raja parhata, mengapa membaca Alkitab tidak memiliki waktu. Adakah diantara kita yang lupa dengan surat haluaon/sidinya masing-masing?

REFLEKSI
         Lahir baru didalam Iman Kita, adalah sebuah proses pemurnian yang dilakukan oleh Allah sendiri dan ini adalah anugerah Allah semata. Roma 3:23, Paulus menuliskan, “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.”  Oleh Sebab itu manusia perlu dilahirkan kembali supaya dosa-dosa mereka diampuni dan diperdamaikan kembali dengan Allah melalui Yesus Kristus.  Bagaimana hal itu dapat terjadi? Efesus 2:8-9 menjelaskan, “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.”
     Ketika orang “diselamatkan;” ia dilahirkan kembali, diperbarui secara rohani.  Percaya Yesus Kristus, bahwa Dia yang telah membayar hukuman dosa ketika Dia mati di kayu salib, adalah arti dari “lahir kembali” secara rohani. Dalam 2 Korintus 5:17 ditegaskan, “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.”.  
           Melalui peristiwa pertemuan Nikodemus dengan Tuhan Yesus,  tentang kelahiran baru diAyat 8 kita belajar bahwa:
·      Hanya Kedaulatan Allah sendiri didalam Roh Kudus yang bekerja untuk melahirbarukan, dan itu merupakan otoritasNya kepada siapa Ia berkenan dinyatakan dengan kata-kata ‘angin bertiup kemana ia mau’.
·      Pekerjaan Roh Kudus dalam kelahiran baru itu tidak terlihat dan bersifat misterius. Ini dinyatakan dengan kata-kata ‘engkau tidak tahu dari mana ia datang, atau kemana ia pergi’. Namun demikian, buahnya terlihat dan nyata! Ini dinyatakan dengan kata-kata ‘engkau mendengar bunyinya’.
Oleh karena itu hendak kita mau terus menerus diperbarui dan diubahkan oleh Allah didalam Karya Roh Kudus, sehingga nyata bahwa kita telah lahir baru yang dapat dirasakan oleh orang-orang disekeling kita dan selalu menjadi ciptaan baru.