Dengan penuh semangat dan harapan ia pun menghampiri Ayahnya, "Yah, antar nanda sekolah minggu ya ? pintanya pada ayahnya. Ayahnya menjawab, "Nak, hari ini ayah tidak bisa, ayah sangat letih, pekerjaan ayah banyak, ayah ingin refreshing, ayah mau kita pergi ke pantai", ujar ayahnya. Sang gadis kecil pun tertunduk, kecewa dalam hatinya. "Ah...bagaimana jika aku meminta kepada bunda agar membawaku sekolah minggu", pikirnya dalam hati. Ia pun segera menemui ibunya yang msih tertidur, dengan lembut ia berbisik "Bunda, antar nanda sekoloah minggu ya?" pintanya, Ibunya kemudian menjawab, "nanda, bunda tidak bisa, bunda sangat lelah,
"bunda mau istirahat" ,
"nanda kan tahu bunda setiap hari pulang jam 7 malam",
"bilang ke ayah aja ya?", sahut ibunya.
Kembali ia tertunduk, ia kecewa. Setiap hari minggu tiba ia selalu mendapat jawaban yang sama. Tak terasa waktu berlalu dengan cepat. Si gadis kecil tadi pun telah tumbuh menjadi seorang gadis yang mulai beranjak dewasa. Sang ayah dan bunda pun sudah mulai menua dan lebih sering sakit-sakitan. " ah...inilah saatnya aku ke gereja", pikir ayahnya dalam hati. Minggu pagi itu, Sang ayah ingin pergi ke gereja untuk kebaktian pagi dan ia segera mempersiapkan semuanya. "Nanda, kamu sudah bersiap nak?", panggil ayahnya. tetapi tidak ada jawaban. Ia ingin anak perempuannya menemaninya, karena ia sdh tidak sanggup lagi menyetir mobil.
Sang ayah lalu bergegas ke kamar anak perempuannya, di panggilnya kembali" Nanda, temani ayah kebaktian ya Nak," pintanya kembali. Sang anak perempuan ternyata masih tertidur, sang ayah pun kemudian menghampirinya, " bangun nak, temani ayah ke kegereja ya", pinta ayahnya kembali. Dengan setengah terkantuk kantuk, anak perempuannya menjawab,"Nanda capek yah, banyak kerjaan nih.., ayah nggak liat nanda jam berapa tadi pulang..nanda mau tidur, mau istirahat,supir aja yang antar Ayah, nanda mau tidur....", jawabnya, lalu ia pun kembali tertidur.
Sontak jawaban putrinya membuat sang Ayah kaget. Ia teringat kembali ketika putrinya setiap minggu pagi mengajaknya ke sekolah minggu, tetapi ayahnya selalu menolak dengan berbagai alasan. Dan kini,ketika ia sudah mulai menua, ia pun mendapatkan kembali perkataannya yang dahulu . Sang ayah lalu menangis, menyesali semua yang telah terjadi.
Sahabat, perhatikanlah anakmu. Kekayaan, kemashyuran dan dunia tidak bisa tidak menggantikan peran Ayah dan Ibu. Jangan sampai ketika kita sudah tua, anak kita berkata " Aku tidak bisa ayah...aku terlalu sibuk hari ini....?
"Anakkon ki do hamoraon di au / Anakku adalah kekayaan bagi ku"